Al-Qur’an Pendidik Terbaik
Siapa pendidik terbaik kita? Guru bukan. Orang tua kita bukan. Pendidik terbaik kita adalah Al-Qur’an. Tentu kalau kita mau membaca, memahami dan mengamalkannya.
Al-Qur’an yang merupakan kalamullah mendidik Rasulullah sehingga menjadi orang terhebat di dunia (insan kamil). Dengan Al-Qur’an Rasulullah menjadi jenius akal, jiwa dan perilakunya.
Para sahabat pun begitu. Dengan bimbingan Al-Qur’an (dan Rasulullah) mereka menjadi generasi yang terbaik di dunia. Kata Sayid Qutb, belum pernah ada manusia-manusia hebat berkumpul dalam satu waktu dan satu tempat. Itulah Rasulullah dan generasi sahabat.
Renungkanlah surat yang pertama Al-Fatihah yang dimulai Bismillahirrahmaniirahim Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini menunjukkan pengakuan seorang Muslim bahwa ia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ayat ini memakai sifat sifat Allah ar Rahmanirrahim, bukan sifat Allah lainya seperti al Jabbar, al Ghafur dan lain-lain.
Di sini Allah seakan-akan ingin menyampaikan sifat kasih sayangnya kepada manusia di dunia. Sifat kasih sayangnya dengan menurunkan Al-Qur’an ini di dunia. Al-Qur’an membentuk manusia menjadi pengasih penyayang. Ia membentuk menjadi manusia yang penuh kasih kepada orang lain. Bila ada orang lain kesulitan ia ingin cepat cepat menolong. Bila orang lain meminta bantuan, ia ingin membantunya.
Bila orang lain bersifat kasar kepada dirinya, ia merasa kasihan. Ia ingin mengubah sifat orang lain itu agar memperbaiki sikapnya. Begitu pula jika ia melihat orang lain bodoh, ia tidak mengejeknya. Tapi ia ingin berbuat agar orang lain dapat hilang kebodohannya.
Melihat orang kafir pun ia merasa kasihan. Ia kasihan nanti di akhirat ia bisa jatuh ke neraka. Ia berusaha sekuat mungkin menunjukkan jalan kebenaran padanya. Ia ingin mengislamkannya. Ia ingin orang kafir merasakan kenikmatan Islam. Ia ingin orang kafir itu nanti masuk surga bersamanya. Itulah semangat yang dimiliki Rasulullah sehingga dengan kekuatan mental yang luar biasa akhirnya Rasulullah bisa mengislamkan dunia (bermula dari Jazirah Arab dan sekitarnya).
Nabi Muhammad Saw menginginkan pengikutnya nanti terbanyak di akhirat. Karena di akhirat nanti para Nabi saling membanggakan jumlah pengikutnya. Dan Rasulullah saw lah yang paling banyak pengikutnya nanti di akhirat.
Kasih sayang pertama seorang Muslim adalah pada dirinya. Ia berusaha sekuat mungkin membentuk dirinya menjadi pribadi yang taat kepada Allah dan RasulNya. Ia takut berbuat dosa. Dosa pada dirinya maupun dosa ke orang lain. Ia bentuk pribadinya agar suka melakukan hal-hal yang wajib maupun sunnah. Ia bentuk pribadinya agar benci kepada hal-hal yang haram. Ia lakukan shalat wajib dan sunnah sebanyak-banyaknya. Ia juga ingin sedekah, puasa sunnah sebanyak-banyaknya. Ia ingin menolong orang lain sekuat-kuatnya.
Ia ingin terus menambah ilmu pada dirinya. Baik lewat pengajian, bacaan, youtube dan lain-lain. Ia menjadi pribadi yang haus ilmu. Pribadi yang tamak ilmu. Selalu terngiang dalam dirinya pesan Sayidina Ali, ilmu lebih baik dari harta. Tentu setelah punya ilmu, ia harus amalkan dan sebarkan.
Kasih sayang yang kedua adalah pada keluarganya. Ia cintai istrinya (suaminya) dengan setinggi-tingginya. Ia tidak ingin istrinya berbuat dosa. Ia tidak ingin istrinya bodoh. Ia berusaha mencarikan pengajian atau guru buat istrinya. Ia juga ingin selain istri berperan di keluarga juga berperan di masyarakatnya.
Setelah istrinya ia didik, ia juga memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Ia perhatikan Pendidikan dan tingkah laku anak-anaknya. Bila ada akhlaknya yang tidak terpuji ia berusaha benahi. Ia doakan tiap hari anak (dan istrinya) agar menjadi anak shalih. Agar menjadi anak yang shalih dan berprestasi besar untuk umatnya. Ia tiap hari berdoa ‘Rabbana hablana min azwajina wadzurriyatina qurrata a’yun wajalna lilmuttaqina imama.’