Alumni ADI Depok Diharapkan Jadi Ulama dan Pemimpin
Bogor (SI Online) – Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Depok mewisuda 13 mahasiswa di resort Bamboo Sanctuary Pancawati Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Senin (21/8/2023).
Direktur Sekolah Tinggi ADI Kota Depok Ustaz Rahmat Novel mengungkapkan rasa syukurnya atas hal tersebut.
“Mahasiswa yang diwisuda sebanyak 13 orang, delapan mahasiswi dan lima mahasiswa. Mereka setelah lulus dari Sekolah Tinggi ADI, mahasiswa kami akan melanjutkan pendidikan sarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir Jakarta,” imbuhnya.
Di ADI Depok, kata ustaz Rahmat selain mereka memperoleh Ulumuddin juga mendapat pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, ilmu komunikasi, pelatihan jurnalistik, diskusi, debat dan lainnya.
Para wisudawan mengucapkan banyak terima kasih, karena dibimbing oleh para dosen yang ‘ikhlas’. Para dosen di ADI Depok sering tidak mendapatkan gaji tempat mereka mengajar.
“Mereka bahkan sering mengeluarkan uang sendiri membeli bensin untuk bahan bakar kendaraannya, membeli buku materi untuk mengajar,” ungkap Ustaz Rahmat.
Di ADI dan Dewan Da’wah Depok telah ditanamkan prinsip bahwa kedua lembaga ini adalah lahan perjuangan, lahan dakwah dan lahan bekal untuk amal saleh.
“Kalau kita ingin mencari rezeki atau nafkah cari di tempat lain. Kita memiliki prinsip bahwa bila kita menolong agama Allah, Allah akan menolong kita,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Da’wah Jawa Barat Ustadz Roinul Balad yang hadir pada acara itu menyatakan kesalutannya kepada ADI Depok yang dapat mewisuda mahasiswanya dengan meriah.
Dalam orasinya ustadz Roin menyatakan bahwa ulama dibagi menjadi empat.
Pertama, ulama sekaligus umara atau penguasa. Inilah yang terbaik. Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali masuk golongan ini.
Kedua ulama penasihat penguasa. Ini juga bagus. Zaman kekhilafahan Islam banyak ulama yang menjadi penasehat penguasa.
Ketiga, ulama beroposisi kepada penguasa yang zalim. Ini juga bagus. Karena berarti ulama itu punya prinsip yang bisa menjadi teladan umat.
Keempat, ulama penjilat penguasa. Ini adalah ulama su’, ulama yang jahat. Jangan sampai para kader ADI menjadi ulama su’. Ulama yang selalu membenarkan penguasa, meski penguasa berbuat zalim. [NH]