Amalan I’tikaf Ramadhan

Selain puasa, bagi kaum Muslimin Ramadhan menjadi momentum untuk i’tikaf. Ibadah ini mengharuskan seorang muslim berdiam diri dalam masjid selang beberapa waktu lamanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Rasulullah Saw bersungguh-sungguh pada al-asyrul awakhir (sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan) dengan melakukan i’tikaf di masjid. Aisyah ra berkata, “Rasulullah Saw ketika memasuki sepuluh Ramadhan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain, dari Aisyah ra, ia berkata, “bahwasanya Nabi Saw biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Fiqih Shiyam” menyebutkan dua alasan utama mengapa Rasulullah Saw bersungguh-sungguh dalam meraih al-asyrul awakhir. Yaitu, al-asyrul awakhir merupakan akhir bulan penuh berkah, karena pada setiap amal perbuatan dilihat pada akhirnya; dan al-asyrul awakhir merupakan rentang turunya malam lailatul qadar.
Rasulullah Saw bersabda, “Carilah lailatul qadar pada al-syrul awakhir di bulan Ramadhan.” (Muttafaq alaih). Dalam hadis yang lain, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari).
Di antara amalan yang dilakukan selama i’tikaf, pertama, qiyamullail. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa berdiri (untuk mengerjakan shalat) pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni untuknya segala dosanya yang telah berlalu.” (HR Bukhari).
Kedua, membaca Al-Qur’an. Nabi Saw bersabda, “Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an akan datang menghampiri kalian di hari kiamat sebagai syafaat.” (HR Muslim).
Ketiga, banyak berzikir. Allah SWT berfirman, “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu; bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS al-Baqarah [2]: 152).
Keempat, membaca shalawat. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah memberinya rahmat sepuluh.” (HR Muslim).
Kelima, banyak berdoa. Aisyah ra ketika bertanya tentang doa yang diucapkan ketika lailatul qadar, “Berdoalah Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Keenam, bertaubat dan istighfar. Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi, “Wahai Bani Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampuni semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak akan peduli. Wahai Bani Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit, lalu engkau memohon ampun kepada-Ku, Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai Bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan seukuran bumi lalu engkau datang menjumpai-Ku dalam keadaan tidak berbuat syirik atau menyekutukan-Ku dengan apapun juga, sungguh Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan seukuran bumi juga.” (HR Tirmidzi).
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat menunaikan i’tikaf pada sepuluh malam hari terakhir bulan Ramadhan dan meraih lailatul qadar. Amin.[]
KH. Imam Nur Suharno, M.Pd.I., Pembina Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.