Amar Makruf Nahi Munkar
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim).
Hadits ini juga menunjukkan bahwa tugas amar makruf nahi munkar itu akan sangat efektif jika dilaksanakan dengan tangan atau kekuasaan. Para pejabat yang punya otoritas kekuasaan akan sangat efektif untuk melakukan tugas amar makruf dan nahi munkar.
Untuk menyelesaikan suatu kemunkaran, seorang pejabat negara bisa dengan membuat undang-undang atau peraturan untuk mengatasi berbagai kemunkaran, termasuk ‘pelanggaran syariat’.
Jika tugas ini dilaksanakan dengan baik akan sangat bermanfaat untuk umat dan sekaligus pahalanya lebih ‘afdhal’ dibanding ibadah ‘mahdhah’ suatu ibadah yang manfaatnya hanya untuk pribadi.
Manfaatkanlah kesempatan saat punya jabatan untuk mensejahterakan rakyat dengan berbagai aktifitas pembangunan yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dan ingat bahwa masa jabatan itu tidak lama tapi hisabnya di hari kiamat itu sangat lama karena jabatannya itu.
Jangan sampai punya semboyan akan berbuat baik setelah pensiun nanti. Bertobat itu benar tapi ibadah dan amal saleh saat punya power jabatan akan sangat baik dan disukai Allah SWT.
Saat menjadi pejabat, jangan sampai termasuk pejabat yang menyusahkan rakyatnya. Ini namanya pejabat zalim yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di ‘Yaumil Mahsyar’ nanti.
Sudah sunnatullah, kebaikan akan selalu berhadapan dengan kemunkaran; kebenaran akan berhadapan dengan kebatilan. Yang menjadi masalah adalah saat merebaknya kemungkaran, orang-orang shaleh banyak yang diam tidak melaksanakan kewajiban amar makruf nahi munkar.
Kalau kita diam atas kemungkaran yang nampak didepan mata kita, maka ini yang oleh seorang ulama salaf, Abu Ali ad-Daqqaq disebut sebagai ‘setan bisu’. Katanya: