NUIM HIDAYAT

Amien Rais dan Indonesia (4)

Kegiatan dakwah meliputi semua dimensi kehidupan. Baik ekonomi, politik, budaya, militer dan lain-lain. Di dimensi inilah ‘saling bertarung’ antara kelompok amar makruf nahi mungkar dengan kelompok amar mungkar nahi makruf. Jadi dakwah adalah cara terbaik dalam Islam untuk melakukan pertarungan itu.

Maka dakwah juga bisa berarti Islamisasi di seluruh aspek kehidupan manusia. Ahli pemikiran Islam, Muhammad Naquib al Attas menyatakan, ”Manusia Islam adalah manusia yang pikiran dan bahasanya tidak lagi dikendalikan oleh magis, mitologi, animism, tradisi-tradisi kultural dan nasionalnya dan juga sekulerisme. Dia terbebas, baik dari dunia sekuler maupun dunia magis.”

Dakwah adalah gerakan simultan dalam berbagai kehidupan untuk mengubah status quo, agar nilai-nilai Islam memperoleh kesempatan untuk tumbuh subur, demi kebahagiaan seluruh umat manusia. Sebagai ruh dakwah, tauhid mendorong rekonstruksi sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Ajakan tauhid ini ditujukan untuk seluruh umat manusia, dengan tujuan terbentuknya masyarakat Islam atau Orde yang Islami.

Sampai di sini mungkin timbul pertanyaan, mengapa dakwah diwajibkan oleh Islam? Jawabannya adalah bahwa dakwah diperlukan karena manusia tidak pernah dapat mengandalkan nasibnya pada akal dan nafsunya semata. Akal manusia bisa menyeleweng dari kebenaran dan ‘bersifat serba nisbi’, sedangkan nafsu manusia cenderung detsruktif. Manusia memerlukan wahyu Ilahi, membutuhkan bimbingan Tuhan (divine guidance) untuk memecahkan masalah-masalah kehidupannya.

Politik sebagai Alat Dakwah

Kegiatan politik, sosial, ekonomi, budaya, ilmu dan teknologi, kreativitas seni, kodifikasi hukum dan semacamnya dapat dijadikan alat dakwah. Politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Tetapi bagaimanapun didefinisikan, satu hal yang sudah pasti, politik itu berkait dengan kekuasaan dan cara penggunaan kekuasaan. Politik juga terkait dengan cara dan proses pengeloaan pemerintahan suatu negara.

Oleh karena itu politik merupakan kegiatan yang sangat penting, mengingat suatu masyarakat hanya bisa hidup teratur kalau ia hidup dan tinggal dalam sebuah negara dengan segala perangkat kekusaannya. Begitu pentingnya peranan politik dalam masyarakat modern, sehingga ada yang berpendapat bahwa politik adalah panglima. Artinya politik sangat menentukan corak sosial, ekonomi, budaya, hukum dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Bagi seorang Muslim, politik harus menjadi kegiatan yang integral dalam kehidupannya yang utuh. Mengherankan kalau ada Muslim yang menjauhi politik. Ada politik pendidikan, politik ekonomi, politik hukum, politik budaya dan lain-lain. Kehidupan dunia ini harus ‘direbut’ oleh kaum Muslim untuk ditata sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an.

Karena politik adalah alat dakwah, maka aturan permainan yang harus ditaati harus paralel dengan aturan permainan dakwah. Misalnya tidak boleh menggunakan paksaan dan kekerasan, tidak boleh menyesatkan, tidak boleh menjungkirbalikkan kebenaran, menjunjung tinggi kejujuran dan lain-lain.

Politik yang fungsional terhadap tujuan dakwah, adalah politik yang sepenuhnya mengindahkan nilai-nilai Islam. Maka dalam kehidupan politik yang Islami, tidak memerlukan sekulerisasi, meskipun sebagian orang menyatakan bahwa dalam modernisasi diperlukan sekulerisasi.

Menurut Harvey Cox komponen-komponem sekulerisasi adalah disenchantment of nature, desaklarisasi politik dan dekonsentrasi nilai-nilai. Disenchantment of nature maknanya pembebasan alam dari nilai-nilai agama, agar masyarakat dapat melakukan perubahan dan pembangunan dengan bebas. Desaklarisasi politik bermakna penghapusan legitimasi sakral atas otoritas dan kekuasaan dan hal ini dianggap syarat untuk mempermudah kelangsungan atas perubahan sosial politik dalam proses sejarah. Sedangkan dekonsentrasi nilai-nilai artinya adalah perelatifan setiap sistem nilai, termasuk nilai-nilai agama. Tujuannya agar manusia bebas mendorong perubahan evolusioner tanpa terikat lagi dengan nilai-nilai agama yang absolut.

Politik yang dijalankan seorang Muslim yang difungsikan sebagai alat dakwah, tentu bukanlah politik sekuler. Tujuannya bukanlah semata kekuasaan, pengaruh dan posisi politik semata. Tapi tujuan di atas itu semua adalah untuk beribadah kepada Allah. Firman Allah, ”Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (al An’am 162).

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button