Ancaman Sanksi Mas Menteri, Sinyal Pembungkaman Suara Akademisi?
Inilah wajah buram demokrasi, tidak hanya gagal menjaga generasi dari bahaya paham liberal, tetapi juga gagal total mendengarkan aspirasi rakyat. Alhasil, sampai kapan kita mau mempertahankan sistem yang gagal total ini?
Sejatinya, melihat kondisi Tanah Air hari ini, rakyat merindukan seorang negarawan sejati. Seorang pemimpin yang tidak hanya menjadi pengurus rakyat, tetapi juga menjadi perisai bagi rakyat. Seorang pemimpin yang rida menghabiskan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk mendengarkan keluh-kesah dan kritik rakyat; serta memberikan solusi yang menuntaskan segala problematika rakyat. Seorang pemimpin yang mencintai rakyat dan dicintai rakyatnya.
Sebaik-baiknya pemimpin ini, sebagaimana Rasulullah saw. sampaikan dalam hadis, “Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian.” (HR. Muslim).
Pemimpin seperti ini jelas hanya lahir dalam sistem Islam. Dalam paradigma Islam, penguasa adalah pengurus dan perisai bagi rakyatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus hajat hidup rakyat) dan dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Seorang pemimpin dalam naungan sistem Islam adalah pelaksana hukum syarak. Artinya ia wajib menerapkan hukum syarak dalam seluruh aspek kehidupan di tengah rakyat. Namun, sebagai seorang pemimpin, ia adalah manusia biasa yang memiliki kelemahan dan keterbatasan. Oleh karena itu, Islam membuka pintu selebar-lebarnya untuk aktivitas mengoreksi penguasa (muhasabah lil hukmi). Mekanisme muhasabah lil hukmi ini tentunya diatur sesuai koridor syarak.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan aktivitas muhasabah lil hukmi, sebab aktivitas ini merupakan perkara mulia dengan surga sebagai balasan. Apalagi jika aktivitas ini disampaikan di hadapan penguasa yang zalim. Dalam perkara ini, Rasulullah saw. bersabda, “Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zalim.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Alhasil, hanya dalam naungan sistem Islam lahir negarawan sejati, para pemimpin yang peka terhadap keluh-kesah dan kritik rakyat. Pemimpin sejati yang menjadi garda terdepan untuk menjaga kemaslahatan rakyat. Bukan pemimpin yang membungkam suara rakyat dan mengabaikan kemaslahatan rakyat demi sekerat daging dunia. Nau’dzubillah.
Wallahualam bissawab.
Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan