Anies Baswedan dan Calon Presiden Partisipasi Publik
Peran Dominasi Oligarki
Keniscayaannya boleh jadi dikarenakan di ruang saluran aspirasi politik demokrasi formal sudah adanya kecenderungan peran partai-partai politik yang sangat terlalu mendominasi. Istilah viral di medsos, ialah oligarki partai politik. Sehingga, membuat otomatis temperatur politik sangat panas tinggi membuat semakin pengabnya ruang udara politik yang seharusnya selalu diberikan freon dikarenakan sesungguhnya ada “ruang pendingin” demokrasi. Saking sudah begitu gerahnya, malah sudah menimbulkan efek sesak napas, telah mengakibatkan demokrasi itu sendiri tengah menuju ke keadaan mati suri.
Kemudian dari sana dari kepengaban saluran ruang demokrasi itu berakibat retaknya pelapis dinding oligarki itu menimbulkan lubang-lubang kebocoran yang kemudian memunculkan saluran-saluran kecil udara yang menuai berhembusnya angin suara-suara aspirasi publik yang menginginkan adanya kepemimpinan alternatif yang baru dan ideal, diidolakan dan diidamkan yang sudah pasti sesuai dengan ekspektasi yang diharapkannya, yang sudah pasti sesuai dengan yang selalu diimpikannya selama ini.
Ekspektasi harapan dan impian itu muncul boleh jadi juga dikarenakan penyebabnya sebagai bentuk impresi dam ekspresi perlawanan terhadap kondisi dan situasi politik yang tengah dibawakan oleh kepemimpinan politik yang sedang berlangsung tidak membawa hasil memuaskan dan tidak berpihak kepada kepentingan rakyat/publik:
Biasanya sudah cenderung ke arah tirani otoritarian, paralel dengan tumbuh suburnya korupsi, kolusi dan nepotisme, bahkan sudah nyata di depan mata perihal adanya praktek ketidakadilan dalam supremasi Penegakkan hukum sebagai panglima satu-satunya penjara garda akhir negara —muaranya rakyatlah kemudian tak diberuntungkan oleh adanya praktik penyelenggaraan negara yang seharusnya menjadi hak berkeadilan dan berkemakmuran yang selayaknya didapatkan sebagai rakyat, sebagai warga negaranya sesuai dengan tujuan konstitusi UUD 1945.
Membangun Kinerja
Dengan disemangati motivasi untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan dan diimpikan itu barulah mereka memulai menunaikan aksi membangun kinerja organisasinya dengan mencari jalan melalui survei kecil, menganalisis dan mengkomparasi karakter kepribadian , kapabilitas, kompetensi, tingkat keyakinan keimanan dan religiusitasnya, latar belakang keilmuan akademis yang mumpuni, dan bagaimana kecakapannya dalam berbahasa Inggris terkait “public speech” dalam pergaulan di kancah internasional kepentingan “outward looking”. Bahkan sampai ciri, gaya dan cara kinerja secara kemampuan manajerialnya serta tingkat profesionalitasnya calon-calon pemimpin itu.
Hal lain yang kelihatan dijadikan perhatian intens mereka ternyata yang masih tengah berkiprah yang secara garis struktural sedang memimpin penyelenggaraan pemerintahan negara, seperti: Bupati/Walikota, Gubernur dan para Menteri.
Pilihan Anies Baswedan
Ternyata, dari sekian banyak pilihan yang dipilih ternyata tunggal, satu-satunya, adalah Anies Baswedan, seorang tokoh mantan Rektor Paramadina, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang kini menjadi Gubernur DKI Jakarta Ibukota Indonesia.