Anies dan Gerakan Menang Satu Putaran (Gempar)
Setelah Anies mengumumkan cawapresnya, menurut isu santer 1 Oktober 2023 mendatang, itu berarti berbareng dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang sungguh sangat istimewa momentumnya.
Kinerja mesin partai Koalisi Persatuan untuk Perubahan (KPP) bersama Koalisi Komponen Seluruh Rakyat (KKSR) — alias komunitas laskar mandiri sukarelawan politik pendukung Anies di seluruh Indonesia — seharusnyalah mulai mencanangkan dan memancangkan strategi pemenangan Piilpres 2024 — sekaligus mempersiapkan diri menyongsong jelang tibanya jadual kampanye resmi nasional yang telah diagendakan oleh KPU, yaitu dengan menggelar dan menggelorakan Gerakan Menang Satu Putaran (disingkat Gempar) di seluruh wilayah Indonesia.
Kenapa strategi pemenangan Anies itu disingkat dengan Gempar? Ya memang harus memiliki efek menggemparkan.
Yakni, suatu gerakan dan pergerakan yang mampu memberikan efek menggemparkan bak suara geledek halilintar dari dan di langit yang begitu besar bergemuruh yang menyambungkannya ke mesin pendulum aspirasi suara rakyat yang membuncahkan energi daya dorong semangat optimisme, harapan dan keyakinan rakyat yang kini tengah terus-menerus dilemahkan, dihina, dilecehkan dan ditindas untuk mengentaskannya dari penderitaan kemiskinan dan kebodohan membelitnya begitu kencang:
Yang selama ini sengaja diniscayakan oleh rezim penguasa yang salah urus, salah arah dan salah haluan menahkodai pengelolaan pemerintahan dan negara.
Yang selalu lebih memprioritaskan kepada kepentingan kekuatan suprastruktur kepada oligarki korporasi konglomerasi dengan dalih demi kepentingan membangun infrastruktur —namun dengan melakukan pengabaian: mengorbankan dan dikorbankan apa-apa yang jauh lebih penting akan kebutuhan-kebutuhan mendasar rakyat yang sesungguhnya masih sangat banyak yang tertinggal dan terbelakang.
Dan itu untuk mewujudkan “pembebasan” dan “kemerdekaannya” dari kencangnya belitan itu harus dengan suatu pergerakan dan gerakan “the biggest ofconcentia atau suatu konsensus terbesar kesadaran menyeluruh seluruh rakyat untuk memenangkan Anies Rasyid Baswedan menjadi Presiden RI berikutnya sebagai satu-satunya jalan kekuatan pengubah revolusi dan restorasi perubahan demi menegakkan kesejahteraan yang berkesetaraan dan berkeadilan yang akan dipegang sebagai janji atas kepemimpinannya nanti.
Dari seluruhnya itu berarti Anies bersama KPP dan KKSR memiliki modal spiritualitas dan moral sangat besar yang dengan mengerahkan “Gempar” ini bukanlah suatu pembenaran —-yang di dalamnya masih terkandung energi negatif suatu kepongahan, kesombongan, dan ketakaburan — melainkan sesungguhnya yang ingin diraihnya, adalah suatu hal yang genuine dari nilai kebenaran itu sendiri dari, oleh dan untuk seluruh rakyat sebagai pencerminan sejati dan sesungguhnya pemulihan dan kebangkitan demokrasi yang menempatkan kemuliaan kedaulatan rakyat itu sebagai kekuasaan yang tertinggi.
Sehingga, kemenangan Anies itu sesuatu yang destiny dan atau suatu nurbuah , kemenangan yang ditakdirkan dan ditetapkan oleh adanya campur tangan Tuhan yang Maha Kuasa pemilik kekuasaan semesta, sebagaimana dalihnya politik yang tersucikan dan termuliakan, sebagaimana terkandung nilainya dalam Pancasila dan UUD 1945, Vox Populi Vox Dei.
Maka, Gempar adalah gerakan dan pergerakan gaspol yang maksimal terkoherensi dan terkompresi dengan aspirasi suara rakyat itu untuk memenangkan bukan hanya sebagai titik awal suatu perjuangan dan kejuangan perlawanan tetapi juga titik akhir.
Dikarenakan Gempar, adalah strategi bagi solusi dan cara untuk mengalahkan untuk memenangkan dari “pertarungan kompetisi yang sudah tidak demokratis lagi” yang sungguh sangat-sangat berat melawan ke hadapan dan berhadap-hadapan dengan kekuatan raksasa-raksasa besar sekumpulan dari partai koalisi oligarki yang menguasai negara, oligarki lembaga-lembaga dan komisi-komisi tinggi (dari DPR, MK, MA hingga KPU dan Bawaslu) yang dengan tangan-tangan kotor kecurangannya turut meng-influence jalannya penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres yang sudah dipastikan tidak akan jujur dan adil serta independen.
Bahkan, kelembagaan Presiden yang sekarang menjadi rezim penguasa tertinggi alias otoriter otoritarianisme di negeri ini sudah jauh-jauh hari dengan tanpa rasa malu, patut dan santun telah terang-terangan melakukan upaya cawe-cawe politik yang jelas-jelas melanggar dan menabrak konstitusional.