Anies dan Gerakan Menang Satu Putaran (Gempar)
Tetapi tak ada satu pun lembaga-lembaga tertinggi dan tinggi negara itu mampu hanya sekedar memperingatkan dan menegur secara etika politik sekalipun.
Apalagi melakukan upaya kepantasan dan kelayakan hukum yang seharusnyalah sudah dan bisa diberhentikan dan atau dimakzulkan.
Bahkan, ini yang juga tidak lebih sangat membahayakan, adalah turun tangan dan turut campur bermain politik pula kekuatan para oligarki korporasi konglomerasi yang sudah pasti akan berkonspirasi dengan Presiden yang sudah tak netral dan independen itu untuk dan demi melindungi kepentingan interested of invested mega-mega proyek dengan rezim penguasa itu:
Dengan melakukan upaya-upaya sangat kotor dan curang menabur dan menyemaikan cara-cara kampanye money politic yang bakal meng-influence pembelian dan penukaran suara rakyat yang sesungguhnya satu suara pun itu berharga sangat mahal, sesuatu yang tak ternilai menyangkut harga diri HAM secara personal maupun kedaulatan bangsa.
Dengan Gempar pula —tidak sekadar meng-koefisiensi pembiayaan penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres— akan meminimalisasi pula segala kecurangan mereka itu yang boleh jadi seperti koalisi berkepuraan antara PDIP cs dengan Koalisi Indonesia Maju (eks KKIR) seolah berbeda pihak saling berlawanan.
Padahal, tujuannya adalah bentuk koalisi keroyokan yang intinya antara capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo itu satu sesungguhnya bentuk turunan, kroni, koloni dan boneka untuk menjegal kemenangan Anies.
Setelah Anies kalah dengan mudahnya mereka saling ber-rekonsialiasi kembali untuk menguatkan kembali _legacy_nya pemerintahan Jokowi yang diinginkan harus “tetap hidup”.
Yang seharusnya sudah benar-benar berhenti the leaders dying kemudian setiap eks Presiden termuliakan menjadi guru bangsa yang bijak.
Maka, Gempar dengan menempuh kemenangan pasangan angka 50+1% suara dari berapa, apa dan siapa pun 2,3 dan 4 konstestan pasangan capres berhenti di satu putaran dan berhasil untuk kemenangan Anies.
Sekaligus, itu adalah menjadi suatu bukti yang merefleksikan ekspresi dan impresi betapa kognisi dan imperatif rakyat yang tengah semakin cerdas dan sadar itu menginginkan semata-semata kedaulatan tertinggi yang dihaki dan dimilikinya dikembalikan.
Untuk selanjutnya diserahkan dan diestafetkan kepada kepemimpinan Anies Rasyid Baswedan untuk menjelmakan dan mewujudkan Indonesia berkemajuan ke depan sebagai mandat dan amanah rakyat yang lebih baik, lebih setara, lebih adil dan lebih sejahtera nantinya.
Berkehidupan negara ini tidak memencong dan meleos hanya untuk kepentingan segelintir orang yang jelas-jelas bakal menandai negara ini tidak lama lagi menjadi negara oligarki? Mau apa? Mereka itu lebih serakah dan rakus karena mereka itu tahu sebagaimana dunia mondial dan global pun tahu bahwa dari dulu negeri kita itu negeri surgawi. Negeri kaya akan SDA yang takkan pernah habis! Sampai melewati pencapaian Indonesia Emas 2045 sekalipun! Wallahua’lam Bishawab. []
Mustikasari-Bekasi, 31 Agustus 2023
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan