Anies dan ‘Penggembosan’ Parpol Oligarki
Adapun seolah adanya aral tentang siapa yang akan dipasangkan dengan Anies Baswedan sebagai capres, sesungguhnya sudah “clearence” semenjak adanya pernyataan Surya Paloh mendelegasikan penuh keputusannya di tangan Anies.
Sehingga, seharusnya sudah tidak ada lagi dari ketiga koalisi partai politik itu mengintervensi dalam urusan kepentingan cawapres Anies tersebut.
Jadi, terwujudnya soliditas koalisi ketiga partai tersebut menandai kesolidan pula dalam kesiapan yang lebih dini dari mereka untuk menentukan perencanaan dan strategi pemetaan serta kampanye para pendukungnya menyongsong kemenangan di Pilpres 2024 itu.
Termasuk, strategi dalam menghadapi kemungkinan terjadinya variasi komposisi konstestasi Pilpres empat pasangan, tiga pasangan, bahkan hanya dengan dua pasangan sekalipun.
Muaranya, yang tak kalah penting soliditas kesepakatan konstitusional secara dejure oleh koalisi ketiga partai itu pada akhirnya pun dapat dijadikan sebagai jembatan dan saluran untuk menampung semakin terus membanjirnya pendukung Anies Baswedan melalui jalur komunitas sukarelawan politik di seluruh Nusantara itu.
Jika kemudian kemenangan itu sesuatu yang tak akan dapat terhindari terjadi secara mayoritas, maka euforianya jangan sampai menjadi “kejumawaan”. Namun, tetap dalam koridor penegakan para norma, nilai dan tata aturan kesetaraan dan keadilan hukum dalam kerangka untuk memprioritaskan terwujudnya tatanan “Nation State Building”, persatuan dan kesatuan Indonesia.
Itulah pikiran gagasan dan jiwa besar Anies Baswedan sebagai pejuang, selalu dan senantiasa menjadi landasan manifestasi kejuangan dan perjuangannya mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia kelak.
Mustikasari-Bekasi, 6 November 2022
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan.