Anies dan Reformasi Kebaruan Partai Politik
Jadilah, awan harapan tebal untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran rakyat itu di langit semakin menipis hingga tersisa kabut kelam yang justru malah membuat jutaan kelas menengah telah turun kelas dan jatuh miskin. Apalagi, masyarakat kelas bawah dan terbawah yang takkan pernah pulih dari penderitaannya semakin dimiskinkan dan termiskinkan.
Maka, artikulasi politik the newly reform political party itu berarti adanya kemunculan berkesadaran dari kelas menengah yang sudah menokohkan Anies sebagai political leadership calon pemimpin negara, bangsa dan rakyat ke depan itu dengan membangun partisipasi, simpati dan empati kesukarelawan politik mandiri “civilliant society” tanpa duit dan tanpa kepentingan oligarki yang memang tiada ampun harus dilawan karena sudah menganggu pula koeksistensi mereka.
Itu terlebih dahulu yang harus dijadikan landasan idiologi partai politik yang akan dibentuk nanti no corruption, no collution and no nepotism.
Dan itulah yang akan dijadikan gerakan massa massif oleh partai baru pendukung Anies ini.
Serta langkah lain, gerakan massa massif bukan lagi berawal dari kota-kota, tetapi di balik dari desa-desa dengan mengkomunikasikan dan menggetoktularkan pendidikan politik kemandirian, berkesadaran etika dan moral, berkesadaran hukum bahkan, bersandar kepada religiusitas keagamaannya.
Dikarenakan dari desa-desa inilah setiap incumbent kekuasaan selalu memanfaatkannya untuk melanggengkan kekuasaannya dengan menebar strategi politik gentong babi yang selalu dipanggul oleh para perangkat kepala desa bareng aparat polisi dan TNI yang sudah koruptif dan kolusif dengan senjata ampuh di tangannya meregulasi pengadaan pupuk, benih unggul, peptisida, bahkan distribusi hasil produk dan finansial pertaniannya.
Padahal, tanpa disadari semuanya itu sesungguhnya upaya sofly killing yang dilakukan oleh para mafia mafioso-mafioso dari kroni oligarki yang tetap diuntungkan karena dari merekalah pengadaannya.
Lihatlah sajalah kepemimpinan Prabowo di 2024-2029 dengan merekonsiliasi seluruh partai sangat obesitas seperti KIM Plus, apakah masih mengemban misi keberlanjutan dengan memelihara kepentingannya oligarki? Yang sudah mencetak kepentingan politik dinasti dengan embel-embel memasangkan anak haram konstitusi Gibran Rakabuming Raka sebagai beban politik besar bagi dirinya?
Kuncinya, Jokowi dan para kroni influencer-nya serta Gibran yang menyertainya itu harus dihapus dan dimakzulkan dikarenakan tidak saja sampah bagi kepentingan demokrasi. Tetapi, bagi kepentingan atas nama meritokrasi pun sudah tak berguna dalam etika moral dan azas peofesionalisme pengelolaan ketatanegaraan modern. Apalagi ketika kepemimpinan Prabowo dikendalikan dan tiada, kemudian Gibran menggantikannya.
Jika itu dibiarkan berlarut dan berlama-lama semenjak beliau dilantik dan disahkan sebagai Presiden, seperti ucapannya 2014 mengutip novel satire Ghost Fleet yang tak pernah lekang dari ingatan: Indonesia bisa jadi bubar!
Untungnya, ada penyelamat rakyat yang sedang dibangun kekuatan politiknya berlangsung, saat rakyat kelas menengah berpartisipasi turun tangan langsung membereskan perpolitikan negara ini yang sudah luka kronis rusak jaringan memborok dan membobrok bangsa ini, masih ada antibiotik ampuh dan mumpuni secercah dan setitik terang adanya bakal kehadiran partai politik yang dibentuk dengan kesungguhan dan kebenaran real partisipasi rakyat yang diinisiasi dan dipelopori kelas menengah yang sudah saatnya menjadi pejuang dan pahlawan reformasi.
Dan Anies Rasyid Baswedan sudah hadir menjadi idiom bersama rakyat dengan kepemimpinannya. Semoga. Wallahua’lam Bishawab. []
Mustikasari Bekasi, 23 September 2024
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan.