Anies Effect: Deformalisasi Politik
PAN di KIB yang tengah terjangkit penyakit “elitisme feodal di DPP”. Sang Ketum “ hanya” diberi pamrih dengan jabatan dan ditukar dengan kursi menteri dengan melepaskan komitmen PAN yang semula partai politik oposisi loyalis terhadap pemerintahan rezim.
Sebagian yang bertentangan baik yang di DPD dan DPC, maupun yang membentuk Partai Umat yang dipimpin oleh Amien Rais, keduanya serentak bakal berbareng berhijrah politik memindahkan suara dukungannya kepada Anies.
Pun PPP, deformalisasi politik itu ada dan menggejala secara terbuka dan terang-terangan memiliki misi apa yang disebutkan sebagai upaya penyelamatan nasib partai jika ingin mendapatkan peningkatan angka kursi di DPR.
Mereka dengan membentuk Forum Ka’bah Membangun mendukung penuh Anies guna meraih target peningkatan perolehan suara 20%.
Jauh sebelum deformalisasi politik itu menggejala dan terjadi, bahkan Partai Gerindra dan PKB,
malah sudah terjadi lebih duluan eksodus “besar-besaran dukungan suaranya ke Anies. Yang satu kekecewaan pendukungnya dengan bergabungnya Prabowo ke kabinet. Sisi yang lain PKB “eksodus” itu dilakukan oleh kelompok dan komunitas Gusdurian.
Selain itu ”Anies effect” yang menimbulkan deformalisasi politik melanda partai-partai politik oligarki itu menjadi “retak” dan “rapuh” itu dikarenakan dukungan rakyat direpresentasikan pula dengan kemunculan menjamurnya komunitas sukarelawan politik swadaya dan mandiri Anies—yang tak dibentuknya.
Berbeda dengan komunitas sukarelawan politik yang sengaja dicetak oleh partai-partai politik oligarki itu, tak akan mampu mendongkrak pertumbuhan komunitas politik yang memang sintetis, bak “tanaman dan bunga plastik” yang mati dan “artifisial”, sekalipun difusikan perannya dalam Musra.
Tetapi, lihatlah komunitas sukarelawan politik pendukung Anies —bukan pendukung dan atau bentukan partai, yang tumbuh geniun secara swadaya dan mandiri sebagai partisipasi dan aspirasi rakyat itu, “tanaman dan bunga” murni itu terus-menerus bertumbuh dan bertunas di seantero pelosok tanah air nusantara.
Faktanya, dari segi jumlah, komunitas relawan politik parpol oligarki, takkan melebihi jumlah jari tangan. Tetapi, komunitas politik pendukung Anies menurut data berjumlah terkini 164 komunitas.
Luar biasanya!: —seperti penulis sudah narasikan dalam artikel “Anies: Realitas Politik ‘Panas Adem’”, di situs suaraislam.id ini masih akan terus bertambah bak mesin pendulum bola salju yang menggelinding semakin besar dan membesar mengakomodir dan mengkooptasi, sebagai simbol partisipasi dan aspirasi publik memberikan “gelombang tsunami besar dan meluas” menyapu dukungan suaranya kepada Anies.
Situasi semakin semangat organisasi tersebut sudah mulai tersimpulkan jelas ketika setahun tersisa Anies masih menjabat Gubernur. Tetapi, lihatlah euforia sambutan publik saat Anies melepaskan jabatan Gubernurnya di Balai Kota, kunjungan ke Lombok, diundang ke Medan dan Yogyakarta antusiasisms publik jumlahnya luar biasa ratusan ribu bahkan jutaan massa menyambut kehadiran Anies.