Anies Effect: Deformalisasi Politik
Jadi, “Anies Effect” dengan deformalisasi politik itu sudah jelas akan sangat menguntungkan parpol koalisi yang kelak mendeklarasikan Anies sebagai bakal calon Presiden.
Tetapi, kenapa hingga sekarang ketiga partai koalisi itu (Nasdem, PKS dan Partai Demokrat) masih belum juga merampungkan koalisinya sebagai satu kesatuan kebulatan tekad dan aklamasi resmi secara sah legal mendeklarasikan Anies bakal calon Presiden?
Padahal, sudah tidak ada lagi hal-hal masalah yang bakal menghambat kelancaran laju kencang Anies melanjutkan kinerja pencalonannya. Termasuk, —selain isu siapa Wapresnya sudah terlewati, apakah isu baru yang paling krusial kini bahwa ketiga parpol pendukungnya itu tidak ada dana memadai untuk penyediaan dana logistiknya?
Dan karena itu dipastikan para oligarki korporasi itu akan mengepungnya untuk menawarkan kerjasamanya?
Deformalisasi politik itu justru akan menepiskannya, lebih mengefisiensikan dana logistik Anies dikarenakan adanya dukungan komunitas relawan politik yang faktanya memang bisa berswadaya mandiri itu. Bahkan, konsep dan strategi “saweran rakyat” atau crowded fund sudah disetujui Anies.
Itu semua untuk menghindari jangan sampai pula terjadi “jual-beli suara” yang lazim dilakukan dalam Pilpres terdahulu. Terlebih, terhadap terjadinya “penggembosan” parpol oligarki yang sudah pasti ada perpindahan suara dukungan yang tak lekang dengan permintaan “imbalan-imbalan” bersifat vested interested .
Dan hebatnya, _”It takes time”, artinya sekalipun masih tertundanya proses koalisi ketiga partai politik pendukung Anies —sekaligus untuk kepentingan deformalisasi politik itu berubah menjadi formalitas politiknya secara “de jure” memenuhi kuota PT 20%, justru faktanya sangat menguntungkan Anies.
Sebaliknya, bakal semakin merugikan anggota parpol oligarki baik secara bersamaan maupun satu persatu, bukan??!! Wallahu a’lam Bishawab.
Mustikasari Bekasi, 21 November 2022
Dairy Sudarman, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.