Anies Effect: Rekam Jejak ‘Ghirah’ Kedaulatan Rakyat
Maka, itulah kenapa Anies selalu dielu-elukan seluruh lapisan masyarakat baik ketika masih menjabat Gubernur apalagi setelahnya itu dibuktikan ketika Anies melakukan safari informal silaturahmi ke Medan, Yogyakarta, Solo, Lombok NTB, Ciamis/Tasik, Aceh, dsb
Juga menandai adanya fenomena kemunculan begitu banyaknya komunitas relawan politik yang nyaris menurut data berjumlah 200 lebih yang tersebar di seluruh pelosok nusantara itu:
Adalah gerak dinamis merupakan bentuk partisipasi publik yang kembali meninggikan harkat, martabat dan harga diri daulat rakyat ketika nyaris selama satu dekade ini tengah terpasung dan terjerat oleh perangkat infrastruktur dan antek suprastruktur politik rezim penguasa kekuasaan yang telah menyingkirkan dan menghilangkannya.
Dan ketika dari semua lini yang menandai kebangkitan ghirah , gairah semangat antusiasisme kedaulatan rakyat itu semakin besar dan semakin membesar:
Dimulailah proses “Anies Effect” dengan munculnya kesadaran bahwa itu merupakan bagian kekuatan yang luar biasa ketika ada kehendak, keinginan, harapan dan dambaan untuk menyulam dan merenda cita-cita perubahan Indonesia ke depan yang lebih baik.
Dan itu menemukan momentumnya ketika secara konstitusional kekuasaan rezim Jokowi itu harus berakhir di 2024 dengan rekam jejaknya —yang jika dibiarkan dan berkepanjangan kekuasaannya Indonesia bakal terjerembab ke kubangan kekuasaan oligarki yang hanya akan “memakmurkan” segelintir orang dan bukan memakmurkan yang berkeadilan sosial bagi segenap seluruh rakyat Indonesia.
Akhirnya, seperti Anies berujar bahwa tidak sekedar misi dan visi untuk keberhasilan membangun itu, bahkan yang lebih menjamin adalah rekam jejak yang akarnya sesungguhnya berdasarkan ber kembalinya kepada kekuatan kedaulatan rakyat .
Maka, ketika keniscayaan perubahan yang didambakan itu sudah melekat erat di benak, di hati, dan di daulat rakyat, maka kekuatan sebesar apa pun dan siapa pun penguasa sebesar oligarki raksasa sekalipun yang akan menekan, menghalangi dan mengekangnya bakal akan hancur berkeping-keping.
Dan representasi kedaulatan rakyat itu kini tengah disematkan kepada Anies. Bak Satria dan Ratu Adil cita-cita dan amanah besar itu telah “dititipkan” kepada Anies. Tinggal partai-partai koalisi bersama Nasdem, PD dan PKS merealisasikan memenangkan Anies di ajang elektoral Pilpres 2024.
Seperti yang ditulis oleh jurnalistik politik senior Ansyari Usman posisi Anies saat ini “ghirah” nya sudah sebagai President in Waiting. Rakyat sudah menunggu mendambakan dan merindukan Anies menjadi Presiden 2024-2029. Ketika yel-yel Presiden itu selalu diteriakkan di mana pun Anies berada.
Bahkan, Rizal Fadilah yang juga kolumnis politik senior menegasikan tentang adanya dikotomi politik antara kepemimpinan Soekarno-Soeharto yang sama-sama otoritarianisme tapi masih disebut demokrasi terpimpin.