Anies itu ‘Petugas Rakyat’ dan Berjuang dengan ‘Partai Koalisi Rakyat’
Bahkan, “keriuhan politik” di kubu Anies dan KPP yang viral di media sosial, adalah mencuatnya faktor-faktor indikasi diferensiasi dari hal berkebalikan yang opininya justru dilontarkan oleh orang biasa dari representasi rakyat kebanyakan —bukan tokoh nasional yang pro-KPP, akademisi dan atau analis politik, yaitu seperti: antara “Petugas Partai” dengan “Petugas Rakyat” dan atau antara “Partai Koalisi Besar” dengan “Partai Koalisi Rakyat”.
Anies layak dan pantas disebut dengan julukan “Petugas Rakyat” dikarenakan beliaulah yang didambakan oleh rakyat untuk memimpin revolusi dan restorasi perubahan Indonesia signifikan mewujudkan kesetaraan, keadilan, kesejahteraan dan persatuan-kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan sungguh derasnya hujan badai angin perubahan itu semakin mendulum melumpuhkan segala anasir oligarki dan otoritarian di seluruh pelosok negeri dengan hingar bingarnya kemunculan kembali suara kekuatan “kedaulatan rakyat” dan “demokratisasi” yang selama ini tengah dirasakan menghilang.
Itulah kenapa kemudian memunculkan pula istilah “Partai Koalisi Rakyat” sekarang:
Di samping secara dejure KPP telah didukung dan diusung oleh The Three Musketeers, tiga partai pejuang revolusi dan restorasi perubahan Nasdem, PKS dan PD, secara defakto juga digadang dukungan dengan kekuatan sangat besar dan luar biasa “Partai Koalisi Rakyat”. Yang elemen dan komponennya, adalah dukungan dengan landasan keiklasan, ketulusan, kemandirian, dan keswadayaan:
Itu tercermin dari berkemunculannya ratusan bahkan mungkin akan semakin bertambah menjadi ribuan dalam 5-6 bulan mendatang, yaitu komunitas sukarelawan politik geniune dengan nama seluruhnya pasti berlabel Anies untuk mengawal dan mengawasi sekaligus mengagregasi secara kumulatif perolehan suara Pilpres di seluruh pelosok negeri dengan membentuk posko-posko rakyat yang berbasis di seluruh desa-desa di seluruh Indonesia.
Juga yang tak kalah krusial justru muncul terjadinya “pembangkangan” yang secara inheren berasal dari eks partai oligarki itu sendiri, seperti: terbentuknya relawan Go-Anies adalah diinisiasi oleh para pengurus dari DPP partai Golkar; demikian juga dari PAN kemunculan sukarelawan politik Anies Amanat Nusantara, adalah sinyal pembaleloan dari DPD-DPC yang tidak bersetuju dengan DPP; Atau juga dengan kemunculan sukarelawan politik Forum Ka’bah Membangun, adalah cermin “kegamangan” dari adanya ketidakutuham kepemimpinan sentral di PPP.
Kemudian menarik garis sejarah agak jauh ke belakang tetapi masih terasa up date sekarang adalah adanya dukungan komunitas Gusdurian dan NU Garis Lurus serta Kultural yang pasti akan menggembosi perolehan suara PKB akibat ulahnya Cak Imin mendongkel trah Gusdur kemudian berlindung di ketiak rezim malah terjebak sendiri dengan kasus “kardus durian” yang hingga kini masih cukup “menggemparkan” itu;
Sementara “penggembosan” suara tengah melanda juga kepada Gerindra sendiri dikarenaka proses rekonsialiasi Prabowo-Sandi ke Jokowi lalu telah membuat terjadinya eksodus besar-besaran hijrahnya pendukung Gerindra, terutama dari kalangan umat Islam ke Anies dan KPP.
Yang menarik secara de facto bentuk dukungan lain “Partai Koalisi Rakyat” itu, adalah dari para pekerja fungsional di masyarakat, seperti: di lingkungan jajaran pendidikan umum dan agama seperti guru, dosen serta para akademisi lainnya, mahasiswa dan para siswa pelajar yang sudah memiliki usia hak pilih —mewakili dominasi populasi generasi milenial; juga para pekerja fungsional di bidang kesehatan, seperti para perawat dan dokter; juga di lingkungan veteran dan purnawirawan Polri dan TNI; termasuk para buruh, petani dan nelayan, mereka berduyun-duyun mendukung Anies kali ini.
Dan sudah pasti dukungan dari segenap seluruh umat Islam, seperti seluruh jajaran ormas-ormas besar Islam, terutama di lokomotif Muhammadiyah dan sebagian NU, khususnya NU Garis Lurus dan Kultural. Komunitas para Ulama, Kiai dan Habaib, terutama para pemimpin pesantren. Bahkan, para ustaz, guru mengaji dan para marbot di masjid dan mushala di seluruh Indonesia.
Bahkan, komunitas dari agama lain Nasrani, Hindu, Budha dan Konghuchu yang telah merasakan kenyamanan dan kelancaran pelayanan peribadatannya ketika Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta dipastikan akan memberikan dukungan seluruhnya kepada Anies.