Anies-Muhaimin Bisa Menangi Pilpres 2024
Dari situ mungkin tersambung menginspirasi pemikiran visioner Cak Imin terhadap NU —sebagai bagian terbesar yang mewakili kekuatan Islam tradisional yang boleh jadi berpopulasi nyaris 80 juta di seluruh Indonesia di mana basis massabterbesar 50 juta berada di Jatim, Jateng dan Jabar —memulai dari rekam jejak sejarahnya, kekinian dan jauh ke depan bagaimana tugas Cak Imin bersama Anies untuk memenangkan Pilpres 2024 itu mempersatukan NU.
Yang di sepanjang kurun perjalanan sejarah membangun negeri ini pernah terekstrasi dan terdifraksi oleh kepentingan golongan dan mahzab, dari sebagian mayoritas Aswaja, Islam Abangan hingga Islam Nusantara harus bersatu secara utuh sekarang di bawah bendera NU menyalurkan aspirasi politiknya.
Kemudian, tidak saja mempersatukan NU, mempersatukan fraksi dan faksi di PKB pun tentu menjadi tugas strategis Cak Imin yang diharapkan mampu terwujudnya rekonsiliasi dengan Yenni Wahid menarik gerbong kelompok Gusdurian dan NU Garis Lurus.
Karena bersama Anies sudah didukung oleh kekuatan Islam terbesar lainnya, yakni Muhammadiyah beserta seluruh ormas-ormas Islam besar seluruhnya untuk bergerak bersama mengakomodasi agar kemenangan Anies-Cak Imin itu menjadi semakin nyata.
Bahkan, semoga saja melalui momentum transisi kepemimpinan di 2024 dalam konteks yang lebih esensial dan substansial menjadi jalan baru yang lebih terang, lebih mudah dan lebih nyata yang semula masih harus menempuh jalan panjang untuk melakukan upaya transformatif bagi kebersatuan umat Islam menyeluruh dan eseluruhnya di Indonesia ketika masih —meski ada tersisa secuil keterbelahan yang sesungguhnya tidak menjadi faktor signifikan— menjadi tertuntaskan.
Tetapi apakah dengan itu kemudian akan dituduhkan kepada Anies-Cak Imin kembali akan mengulang propaganda bakal menggunakan yang semula terdomestikasi di Pilkada Jakarta kemudian sekarang ternasionalisasi di Pilpres 2024 dengan isu politik identitas Islam?
Tentu saja tidak, dan itu faktanya hanya propaganda hoax semata dan fitnah yang memang tidak berdasar.
Anies dengan meninggalkan rekam jejaknya memimpin di Jakarta justru terbukti mampu mempersatukan dengan melindungi dan menjamin seluruh kepentingan perikehidupan umat beragama minoritas ini lebih damai, nyaman dan aman.
Semoga ini pun akan menjadi memparipurnakan kesempurnaan kekuatan dukungan dari mereka komunitas umat beragama selain Islam itu untuk memenangkan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024.
Dan untuk menyempurnakan lebih paripurna kemenangan Anies-Cak Imin itu, tinggal PKS yang masih komitmen untuk tetap tinggal di KPP, adalah tidak salahnya untuk tetap membangun interkoneksi komunikasi silahturahim dengan PD dengan tujuan tetap membuka kemungkinan kembalinya PD ke pangkuan KPP setelah PD dapat lebih memahami urgensinya kenapa dan mengapa SP, Anies bersama Nasdem itu dengan mendadak meminang Cak Imin bersama PKB.
Dengan tidak bermaksud mengecilkan AHY dan PD — harus lebih dimengerti ada kepentingan yang lebih luas dan menyeluruh bagi pengambil keputusan untuk pemenangan Anies-Cak Imin ke depan ketika di Pilpres 2024 maupun keduanya menjadi Presiden & wakil Presiden menjalaninya di 2024-2029.
Dan AHY yang memang waktunya masih sangat panjang berpotensial menjadi bakal calon regenerasi kepemimpinan nasional mendatang terlebih dahulu bisa bergabung dengan KPP untuk menjadikan sebagai pembelajaran politik kawah candradimuka kelak sebaya upaya memperkaya dan memperdalam pengalaman dan wawasan kepemimpinannya kelak.