Antara Kodok Betina, Anjing dan Monyet!
Dunia pegiat media sosial belakangan ini sedang dipenuhi dengan kisah para binatang. Ada Kodok Betina, Anjing dan Monyet.
Ini bukan fabel, dongeng anak-anak berupa kisah binatang yang menyerupai manusia. Sebaliknya ini kisah tentang manusia yang (maaf) lebih menyerupai binatang.
Dalam fabel kisahnya biasanya bersifat jenaka, penuh petuah, dan mengandung pesan-pesan moral. Sementara di dunia medsos, isinya berupa caci maki, hujatan, umpatan yang membawa-bawa nama binatang.
Di dunia nyata, Anjing dan Monyet biasanya muncul sebagai umpatan ketika seseorang tak lagi mampu menahan kemarahannya. Sedang Kodok Betina, kelihatannya lebih pada olok-olok di kalangan anak-anak.
Kita rasanya hampir gak pernah dengar ada manusia dewasa yang marah, kemudian mengumpat atau memaki dengan kata-kata ‘Dasar Kodok Betina Kau!”
Mulai sekarang berhati-hati lah! Candaan, atau olok-olok Kodok Betina itu saat ini statusnya meningkat menjadi lebih serius. Masuk ke ranah hukum sebagai tindak pidana.
Sejak seorang pegiat medsos bernama Zikria Dzatil ditangkap polisi karena mengolok-olok Walikota Surabaya Tri Rismaharini, kita perlu super hati-hati menggunakannya.
Salah-salah kita bisa bernasib sama dengan ibu tiga orang anak asal Bogor, Jawa Barat itu. Masuk bui.
Sebaliknya umpatan anjing, kelihatannya sejauh ini masih aman-aman saja. Apalagi kalau yang kita umpat sebagai “anjing” itu Gubernur DKI Anies Baswedan. Dijamin aman.
Risiko paling berat kita akan ditertawakan, bahkan sampai terbahak-bahak. Jadi tidak perlu khawatir.
Letjen TNI (Purn) J Suryo Prabowo mantan Kasum TNI yang kini menjadi staf Menhan Prabowo mengunggah fenomena ini di akun instagramnya.
Suryo menautkan sebuah video pendek berupa seorang wanita pengunjuk rasa yang mengumpat “Anies Anj…
Ketika Anies disodori video itu reaksinya sangat mengejutkan. Secara spontan dia tertawa terbahak-bahak sambil mengelus dada.
“Mengapa yang berteriak Anjing kok malah ditertawakan, dan yang berteriak Kodoq kok malah dipidana?
“Apa karena orang tuanya Anjing, bukan Kodoq?” tanya Suryo retorik.
Soal Risma melaporkan Zikria saat ini menjadi polemik paling panas. Mayoritas netizen menyayangkannya. Sebagai pejabat publik dia dianggap terlalu baper, emosional dan anti kritik.
Sejumlah aktivis malah melaporkan Risma ke Ombudsman karena dinilai telah menyalahgunakan kekuasaan. Dia memberi kuasa dan memerintahkan Biro Hukum Pemkot Surabaya melaporkan Zikria ke polisi.
Polisi juga dianggap salah prosedur karena menangkap Zikria berdasarkan laporan dari Biro Hukum Pemkot Surabaya. Kasus Zikria adalah masuk dalam kategori delik aduan. Seharusnya Risma sendiri yang mengadukan.
Apalagi polisi bergerak cepat dan menganggap kasus ini super serius, sampai memburu Zikria nun jauh di Bogor.
Tindakan Polrestabes Surabaya menangkap Zikria membuat mantan Sekretaris Kementrian BUMN Said Didu terheran-heran.
Melalui akun twitternya Said Didu mengaku ingin belajar dari Risma bagaimana caranya sehingga laporannya bisa sangat cepat ditindaklanjuti oleh polisi.
Said Didu juga mengalami hal serupa dengan Risma. Bahkan Lebih parah. Seorang netizen mengumpatnya dengan panggilan “Monyet!”
Namun Said Didu tampaknya tak berniat serius melaporkan kasusnya ke polisi. Dia skeptis laporannya akan diproses seperti Risma. Posisinya yang selalu berseberangan dengan penguasa, membuatnya cukup tahu diri.