Antara Kodok Betina, Anjing dan Monyet!
Belajar dari kasus Risma
Dalam cerita fabel, biasanya pembaca —terutama anak-anak—diminta untuk belajar dari pesan moralnya.
Lantas pesan moral apa yang bisa kita petik dari kasus Kodok Betina, Anjing, dan Monyet ini?
Pertama, kita disadarkan bahwa pembelahan di tengah masyarakat, antara pendukung pemerintah dan oposisi semakin dalam. Masing-masing terus mengintai dan mencari kesalahan lawan.
Makian, hujatan menjadi fenomena keseharian masyarakat kita, terutama di medsos. Sikap ini bisa kita lihat sebagai katarsis, pelampiasan rasa frustrasi menghadapi situasi negara saat ini.
Pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi harus berani mengambil inisiatif, langkah nyata dan sungguh-sungguh mengakhiri pembelahan itu. Bukan malah menjadi bagian persoalan.
Kedua, para politisi, pejabat mestinya menjadi teladan. Jangan baperan. Andai saja mereka bisa menyikapi dinamika di medsos dengan santai, rileks, setidaknya akan membantu mengurangi tensi ketegangan di masyarakat.
Jangan dikit-dikit tersinggung, emosi, apalagi lapor polisi! Kasihan polisi. Kayak kurang kerjaan saja.
Ketiga, sebagai penegak hukum, polisi harus bersikap imparsial. Jangan sampai muncul kesan berat sebelah. Sigap bertindak terhadap para penentang pemerintah. Sebaliknya abai dan lunak terhadap para netizen pendukung pemerintah.
Sikap ini bisa menimbulkan apatisme dan menghilangnya kepercayaan publik. Public distrust.
Keempat, yang tak kalah penting perlunya terus menerus digalakkan literasi penggunaan medsos secara sehat.
Dunia maya juga punya etika seperti kehidupan di dunia nyata. Ada sopan santun, tata krama, apa yang boleh dan tidak boleh. Dos and dont’s.
Anjing, monyet, termasuk dalam daftar yang tidak boleh digunakan. Dan sekarang jangan lupa “Kodok Betina” menambah daftar panjang dont’s dalam huruf besar.
Apalagi bila kasusnya menyangkut seorang penguasa. Kalau tetap nekad, bisa-bisa Anda Wassalammmmmmm……
Hersubeo Arief
Sumber: Facebook Hersubeno Arief