Asas Kebangkitan yang Sahih
Hidup Berselimut Ibadah
Hanya dengan bukti secuil di atas dapat menjadi dalil bahwa manusia hakikatnya ciptaan Allah SWT. Diciptakannya manusia hidup di dunia pun bukan tanpa tujuan. Tapi memiliki misi yang agung. Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (QS. Adz Zariyat ayat 56).
Para mufasir menjelaskan makna beribadah adalah taat pada Allah, tunduk patuh padaNya dan terikat pada syariat-Nya. Baik syari’at Allah terkait hablumminallah (shalat, puasa, haji, zakat, dan sebagainya), hablum bin nafs (makanan, minuman dan pakaian) serta hablumminannas (politik, pendidikan, ekonomi, pergaulan, sosial, budaya, hukum dan sebagainya). Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah ayat 208).
Allah SWT pun menyampaikan dalam ayat-ayatNya yang mulia bahwa kepastian manusia akan merasakan mati. Kematian bukanlah akhir segalanya tapi awal kehidupan yang sebenarnya. Dalam hari-harinya ada pertanggungjawaban setiap amal. Yang akan bersaksi atas amal manusia bukan hanya lisannya tapi hampir seluruh anggota tubuhnya. Tak ada manusia yang dapat berdusta di dalam pengadilan Allah.
Seberat dzarrah pun kebaikan atau keburukan amal akan dibalas secara sempurna. Keadilan akan ditegakkan. Dengan itu ditentukan tempat akhir kembalinya manusia di akhirat. Apakah dirinya termasuk ashhabul yamin (penghuni surga) ataukah ashhabussyimal (penghuni neraka). Allah SWT berfirman :
وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ࣖ
Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan) (QS. Al Baqarah ayat 281).
Dengan jawaban yang sahih dari uqdatul kubra, manusia memiliki sandaran hidup yang jelas dan terarah. Aqliyah (proses berpikir) dan nafsiyah (pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri)-nya akan berjalan sesuai dengan syariat Islam. Karena azzam (tekad) yang kuat dirinya ingin berpulang dalam naungan rahmat dan ridhaNya. Inilah kebangkitan hakiki manusia dengan panduan RabbNya. Wallahu a’lam bish-shawab. []
Desti Ritdamaya, Praktisi Pendidikan