ASI Menyusut SKM Melambung
Sekelumit masalah yang kini muncul di tengah-tengah masyarakat terutama daerah Kab Bandung, Indramayu dan beberapa daerah di Jawa Barat dalam penggunaan SKM (Susu Kental Manis) sebagai pengganti ASI. Menurut Arif Hidayat Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Kondisi ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, iklan yang jor-joran selama berpuluh tahun tentang SKM masuk ke benak masyarakat.
Kedua, pengetahuan masyarakat terhadap SKM rendah. Mereka tidak mengetahui, jika SKM didominasi oleh gula yang tidak cocok untuk bayi. Ketiga, SKM dinilai murah. Warga yang tidak mampu membeli susu formula menggunakan SKM sebagai jalan keluar. (Kompas, Jum’at 29-03-2019).
Banyak hal yang harus didalami tentunya dalam menyikapi para ibu yang justru menggunakan susu selain ASI yang telah dianugerahkan kepadanya sebagai makanan utama bayi. Meskipun terkadang ada beberapa kasus ASI seorang ibu yang tidak keluar karena beberapa faktor, namun secara natural alat-alat reproduksi yang dimiliki oleh seorang wanita dalam tubuhnya seperangkat dengan alat produksi ASI. Sehingga memaksimalkan ASI dalam pendampingan pengasuhan anak usia 0-2 tahun tentu sangatlah baik.
Fenomena ibu yang tidak mau memberi ASI memang beragam, ada yang karena repot kerja, merasa sakit pas awal-awal menyusui akibat mengalami lecet pada puting ASI-nya, tidak keluar ASI-nya yang bisa jadi kondisi ibu kurang baik secara psikologis, dan alasan lain sebagainya.
ASI bagi bayi itu nutrisi terbaik, sehingga pemberian ASI itu sebuah kebaikan yang sangat mengagumkan bagi seorang ibu. Jika ingin memberi susu lain tentu boleh-boleh saja, hanya saja itu sebagai pelengkap. Oleh karena itu baiknya ASI bagi bayi sekaligus bagi generasi kita tentu harus dipandang serius oleh semua pihak baik di keluarga, masyarakat, bahkan negara. Edukasi dan kemudahan seorang ibu untuk memberi ASI pada anaknya harus didukung oleh semuanya.
Karena jika masalah seperti pemberian SKM muncul karena dianggap murah oleh sebagian ibu, terlebih yang sambil bekerja itu memang sangat memudahkan.
Untuk itu peran pendukung dari keluarga, masyarakat dan negara sangat diperlukan bahwa para ibu ketika memiliki bayi 0-2 tahun sangat utama dia memberikan ASI kemudian rawatlah sebaik mungkin tanpa sambil bekerja. Nah, disini peran negara penting sekali bukan?
Para pendukung yakni yang paling penting adalah negara dalam hal pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Bahkan Islam memandang negara itu sangat berkontribusi dalam terbentuknya generasi terbaik. Tentu, karena mendukung rakyatnya khususnya para ibu mendidik anak-anaknya termasuk pemenuhan kebutuhan pokok yang akan membuat para ibu berusaha keras memberi ASI pada anaknya, yang faham betul bahwa anaknya adalah bukan sekedar kebanggaan baginya,tapi juga generasi bangsa yang harus dirawatnya. Namun sayang jika hari ini ditemui para ibu yang mereka acuh tak mau memberi ASI dan perawatan terbaik bagi anaknya karena sistem saat ini yang mengajak para ibu untuk lebih memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dipenuhi oleh negara. Sistem materialistik yang bersumber dari kapitalis sekuler membuat para ibu senang bekerja dibanding mengurus anaknya.
Padahal bukankah anak-anak mereka adalah aset bagi seorang ibu baik di dunia dan akhirat?.
Irma Ummuathifa
(Ibu Rumah Tangga, Pemerhati Sosial)