SANTRI PELAJAR

Bahasa Arab-Melayu: Bahasa Islam dan Bahasa Pemersatu Nusantara

Pada 17 November 2022 lalu, para santri At-Taqwa College, Pesantren At-Taqwa Depok, mengunjungi Akademi Jawi di Malaysia. Kunjungan ini bermakna penting, karena banyak pesantren atau sekolah yang sudah meninggalkan tradisi ini.

Maka diharapkan, kunjungan ini bisa menjadi pengingat untuk kita semua bahwa bahasa Melayu adalah bahasa pengikat umat Islam. Bahkan dapat dikatakan, bahasa Melayu adalah bahasa Islam dan bahasa yang mempersatukan Nusantara.

Bahasa Arab Melayu atau sering juga disebut sebagai Arab Jawi menjadi satu bahasa penting dalam perkembangan Islam di tanah Nusantara.

Dahulu, sebelum Islam datang, bahasa Melayu hanya sebatas untuk membuat puisi cinta, dagang, dan berbicara sehari-hari. Namun, kehadiran Islam menjadikan bahasa ini memiliki nilai yang tinggi. Digunakanlah untuk sarana Islamisasi, dakwah, berdagang dan hal lainnya yang juga menyangkut pada aspek keilmuan.

Sayangnya, akibat terjadinya pengabaian sejarah, dan cara pandang yang salah terhadap sejarah itu sendiri, tradisi ini pun sedikit demi sedikit mulai luntur dari benak orang Melayu-Nusantara.

Pandangan terhadap kebendaan yang berlebihan membuat masyarakat berpikir bahwa keagungan fisiklah yang menjadi standar maju-tidaknya sebuah peradaban. Padahal, Syed Muhammad Naquib al-Attas seringkali menegaskan bahwa aspek bahasa dalam diri manusia menjadi cerminan daripada suatu tamaddun (peradaban).

Melihat fakta yang cukup pahit, di mana bahasa Arab Melayu sudah menjadi bahasa Asing di negeri kita sendiri, kami pun semakin mensyukuri kunjungan kali ini dan semakin tergerak untuk mengkaji bahasa Arab Melayu lebih jauh. Sebab, bagaimana mungkin kita mengenal bangsa kita tanpa bahasanya.

Dipandu oleh seorang pakar bahasa Arab Melayu, Muhammad Syukri Rosli M.Phill. dan buku Syed Muhammad Naquib al-Attas berjudul “Islam dalam sejarah Kebudayaan Melayu dan Tradisi Keilmuan Bahasa Jawi”, kami lebih diyakinkan lagi akan pentingnya bahasa Arab Melayu dalam sejarah Islam di Nusantara dan mengapa sekarang harus kita pertahankan dan lanjutkan tradisinya. Khususnya dengan mengkaji karya-karya para ulama Nusantara yang menggunakan bahasa tersebut.

Acara ini berawal dari sebuah pertanyaan dari pak Syukri Rosli yakni “mengapa harus bahasa Arab yang dipadukan dalam bahasa Melayu? atau mengapa bahasa Melayu ini kita kenal sebagai Arab Jawi atau Arab Melayu?”

Mendengar pertanyaan ini beberapa mahasantri mencoba untuk menjawabnya. Ada yang mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an, bahasa intelektual, bahasa yang di dalamnya telah terkandung konsep Islam dan lainnya. Mendengar keantusiasan jawaban yang dilontarkan mahasantri, Pak Syukri pun menjelaskannya lebih detail lagi.

Menurut Pak Syukri, ini sangat berkaitan dengan bahasa Wahyu (Al-Qur’an), yakni bahasa Arab. Adapun Arab di sini bukanlah kedaerahan, tapi lebih kepada bahasa yang universal, yang mana ia tidak berhenti pada aspek keduniaan, tapi juga sampai pada akhirat.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button