Bahaya Takut
Adegan-Adegan Perjuangan Umat Islam dalam Film Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Akan Dipotong?
Saya hendak mengemukakan satu contoh. Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang baru ini, di Menteng Raya 31, diadakan Pameran Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Ada satu panitia yang dipersiapkan dengan cara diam-diam. Tahu-tahu sudah ada itu pameran. Yah kita yang bodoh-bodoh ini tidak tahu. Tapi orang yang pintar tahu. Maka dipamerkanlah segala pahlawan-pahlawan, cerita-cerita atau dokumentasi-dokumentasi daripada perjuangan mencari kemerdekaan Indonesia di dalam suasana 17 Agustus Hari Kemerdekaan kita. Pameran itu sepi se sepi-sepinya dari tanda-tanda bahwa umat Islam ada mempuyai saham di dalam perjuangan.
Maka salah seorang dari teman kita di Jakarta ini, sesudah melihat pameran itu, dengan sedih dibawanya sebuah buku sejarah yang ditulis saudara A Hasjmy seorang penulis, pujangga dari Aceh, yang pernah juga dia menjadi Menteri Republik Indonesia sebentar. Yaitu buku Sejarah Perjuangan dari daerah Aceh semasa di bawah penjajahan. Aceh itu sampai proklamasi tidak pernah dapat dijajah dengan aman oleh Belanda. Maksudnya supaya ditaruhlah sebagai salah satu tanda sedikit saja, bahwa umat Islam ini ada juga mempunyai saham di dalam perjuangan kemerdekaan kita ini. Tetapi buku itu tidak pernah dipertontonkan di sana, buku itu disimpan. Jadi rupanya ada orang yang tidak senang, jikalau dipamerkan sejarah yang sebenarnya.
Kita Tidak Bermaksud Menonjolkan Jasa, Tapi Tidak Rela Sejarah Dihilangkan
Di antara kita tidak usah bermegah-megah atau sombong atas apa yang telah kita amalkan. Bukan itu maksud kita. Akan tetapi fakta sejarah jangan kita biarkan dipalsukan orang. Usaha memalsukan sejarah adalah satu kecurangan. Kita tidak akan menggembor-gemborkan apa yang ada, tapi apa yang ada itu jangan hendaknya ditutup-tutupi.
Serikat Dagang Islam Lahir untuk Menentang Penjajahan Ekonomi
Saudara-saudara,
Di antara yang telah dilakukan umat Islam di Indonesia ini dalam mempergunakan investasi yang sudah ditanam oleh pemimpin-pemimpin pujangga dan pejuang-pejuang yang lebih dulu itu ialah:
Di tahun 1906 umat Islam merasakan benar kesempitan hidup terutama di dalam bidang kemakmuran ekonomi. Belanda mempergunakan China menjadi ‘orang perantara’ tapi yang nyatanya menekan pribumi di bidang ekonomi.
Maka salah satu daripada usaha umat Islam di pulau Jawa ini, terutama di Solo dan Jawa Barat juga, yaitu membangun Serikat Dagang Islam, justru untuk membentengi diri daripada kekuatan ekonomi China yang begitu menekan pihakn pribumi di sini.
Serikat Dagang Islam itu tumbuh cepat oleh karena berdasarkan Islam. Lingkungan hidupnya cepat luas. Oleh karena yang jadi syarat bisa masuk itu ialah Islam, maka lekaslah berkembang di dalam wilayah yang lebih besar.
Di Atas Dasar Islam, Tahun 1912 Serikat Islam Sudah Menghimpun Kepulauan Indonesia
Di tahun 1912, oleh Serikat Dagang Islam itu dibuat akte pendiriannya yang baru dinamakan Syarikat Islam yang dipimpin oleh almarhum HOS Tjokroaminoto. Itu terjadi pada tahun 1912. Sudah 60 tahun yang lalu Syarikat Islam itu meliputi seluruh Indonesia. Berbeda dengan gerakan-gerakan sebelumya yitu Budi Utomo yang didirikan pada tahun 1908 yag wilayahnya hanya Jawa dan Madura. Dengan program hanya untuk menanggulangi kepentingan dari penduduk Jawa dan Madura, terutama Jawa Tengah.
Akan tetapi Syarikat Islam itu meliputi seluruh Indonesia, partai yang paling dahulu mengikat kepulauan Indonesia, yang bertebaran dan terpisah-pisah oleh lautan yang terdiri dari 3000 pulau, dengan segala macam bahasa daerahnya, adat-istiadat yang berbeda-beda menjadi satu, berkumpul dalam satu partai yang bernama Partai Syarikat Islam. []
Mohammad Natsir, Tokoh Partai Islam Masyumi