#Bebaskan PalestinaINTERNASIONAL

Bantuan Udara ke Gaza Hanya Aksi Pencitraan, Bukan Operasi Kemanusiaan

Jumlah makanan yang sangat sedikit dijatuhkan dari langit tidak menjangkau orang-orang yang kelaparan, tetapi menutupi kelambanan global atas kelaparan di Gaza.

  • Di Afghanistan pada 2001, bantuan dijatuhkan dalam kemasan mirip bom cluster. Anak-anak salah sangka, dan tewas saat mencoba mengambilnya.
  • Di Suriah, bantuan yang dijatuhkan di wilayah terkepung tidak sampai ke warga yang kelaparan, karena rusak atau jatuh ke wilayah yang dikuasai ISIS.

Sudah lama diketahui bahwa bantuan udara tidak efektif, dan jika ada pilihan lain, tidak ada alasan untuk menggunakannya. PBB sendiri telah berulang kali menyatakan metode ini tidak efektif, dan penyaluran darat jauh lebih aman dan efisien. Satu truk dapat membawa 4–10 kali lebih banyak bantuan daripada satu parasut. Dan biayanya jauh lebih murah.

Ribuan truk menunggu di perbatasan Mesir, cukup untuk memberi makan seluruh penduduk dan mencegah lebih banyak kematian karena kelaparan.

Namun, pertunjukan sia-sia ini terus berlangsung di Gaza. Di sini, kami tahu tidak boleh berharap pada langit. Langit yang sama yang menjatuhkan bom tidak bisa dipercaya untuk menjatuhkan makanan.

“Kemanusiaan dengan parasut” ini hanyalah daun ara untuk menutupi rasa malu dunia dan keputusannya untuk menonton kelaparan ini dalam diam.

Gaza tidak hanya dikepung oleh bom, tetapi juga oleh kebohongan, komplikasi global, dan bahasa lunak yang menyembunyikan pembantaian berdarah. Siapa pun yang diam, membenarkan, atau menyamakan pelaku dengan korban – adalah mitra dalam kejahatan ini.

Dan kami, rakyat Palestina, bukan hanya korban – kami adalah saksi. Kami melihat dunia menolak bertindak, kami melihat negara-negara terus mempersenjatai Israel, berdagang dengannya, dan memberi perlindungan diplomatik. Kami melihat para pemimpin dunia mencari-cari alasan murahan untuk tidak menjatuhkan embargo, seperti yang diwajibkan oleh hukum internasional terhadap negara pelaku genosida.

Dan esok hari, saat sejarah ditulis, bahasanya bukan lagi diplomatik, bukan eufimisme, bukan alasan. Tapi bahasa fakta, dengan nama-nama para pelaku dan yang bersekongkol dalam pembunuhan massal dan kelaparan rakyat Palestina ditulis dengan jelas. []

Nuim Hidayat
Sumber: AL JAZEERA

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button