Barat dan Islamofobia Berkarat
Seorang pria melakukan aksi pembakaran Alquran di depan publik di Kota Kristiansand, Norwegia. Pria itu diketahui berasal dari kelompok SIAN (Stop Islamization of Norway). Pembakaran Alquran dilakukan sebagai salah bentuk protes anti Islam oleh kelompok SIAN saat itu.
Ketika aksi pebakaran berlangsung, seorang pria datang tiba-tiba menendang pelaku. Aksi itu direkam banyak warga yang menyaksikan kejadian tersebut dan pujian pun mengalir untuk lelaki yang diketahui bernama Qusay Rashed dari Pakistan.
Kementerian Luar Negeri Pakistan dan Duta Besar Pakistan untuk Norwegia sangat menyayangkan aksi protes SIAN dan pembakaran Alquran tersebut. Tidak hanya Pakistan, kecaman juga mengalir dari Turki, dan menganggap aksi itu sebagai penghinaan terhadap kitab suci umat Islam.
Kendati mendapat kecaman dari Pakistan dan Turki, Oslo hanya menjawab desakan tersebut dengan berupaya menciptakan keberagaman tanpa menyebutkan organisasi “SIAN” sebagai pelakunya.
“Kristiansand merupakan kota bagi semua orang dan kami bekerja secara sistemis untuk menciptakan keberagaman. Tindakan pembakaran tersebut provokatif dan sangat disesalkan.” Kata Gubernur Kristiansand, Harald Furre.
Kejadian tersebut membuat Thorsen, pelaku pembakar Alquran, dan Rashed diamankan oleh kepolisian setempat. Sebelumnya, pemimpin organisasi SIAN itu pernah dijerat hukuman penjara 30 hari dan denda 32,6 juta karena melakukan pendistribusian selebaran yang menyebut umat Islam sebagai “predator seksual yang terkenal” di ibukota Oslo. Dan Serikat umat Islam setempat berencana akan membawa kasus Theron ke tingkat pengadilan. (CNN Indonesia, 26/11/2019).
Islamofobia Berkarat
Peristiwa pembakaran Alquran di tempat umum dan disaksikan oleh banyak orang tentunya mengundang perhatian dunia khususnya umat Islam. Peristiwa pembakaran tersebut dikabarkan hanya ditonton dan tanpa ada satupun yang mampu menghentikan Thorsen. Sebuah aksi kebencian nyata yang ditunjukkan tanpa rasa takut, tapi diselimuti rasa aman dan superior sebagai warga asli setempat.
Pihak kepolisian yang mengawal demostrasi SIAN juga menyaksikan pembakaran tersebut. Namun mereka diam dan hanya menonton. Saat Rashed datang tiba tiba menembus keamanan kepolisisan dan menendang Thorsen, barulah terjadi riuh dan juga kecaman terhadap aksi pembakaran Alquran oleh Thorsen. Di antara sekian banyak manusia yang menyaksikan, hanya satu orang yang mampu mengeluarkan ghirah keIslaman sebagai muslim untuk membela kehormatan kitab sucinya.
Kelompok Stop Islamisasion on Norway (SIAN) hanyalah satu dari sekian banyak kelompok anti Islam yang ada di Barat khususnya Eropa. Kelompok ini selalu aktif melakukan propaganda yang terus menerus demi menebar kebencian terhadap kelompok Muslim imigran. Juga terhadap ajaran Islam beserta simbol-simbolnya. Organisasi SIAN sangat aktif mengampanyekan isu-isu provokatif. Seperti mengatakan kalau Nabi Muhammad Saw adalah pelaku pedofil, Islam adalah agama fasis dan juga pernah melakukan aksi pembuangan Alquran ke dalam tong sampah.
Ironisnya, perbuatan tersebut tidak dinilai sebagai sebuah kejahatan besar di Norwegia. Paling tidak hanya dikenai pasal menganggu keamanan dan ketertiban umum karena membuat umat Islam terganggu. Karena dalam worldview Barat, kriminal akan dijatuhi jika berkaitan dengan fisik. Meskipun pada keputusannya, kasus- kasus penganiayan fisik terhadap umat Islam akan dijatuhi hukuman ringan.
Jelang beberapa hari sebelum kejadian di Norwegia, aksi penghinaan terhadap kaum muslimin juga terjadi di Australia, tepatnya di Kota Sydney. Seorang lelaki datang ke sebuah café kemudian mengajak bicara tiga orang muslimah di café tersebut. Tiba-tiba saja ia menyerang dengan cara yang sangat brutal. Ia memukul kepala, menonjok, hingga muslimah tersebut terjatuh pun ia menendangnya. Aksi tersebut kembali menggegarkan jagad sosmed dan banyak mengecam tindakan tidak manusiawi tersebut. Disusul dua hari berikutnya seorang wanita muslimah di Inggris dibunuh suaminya karena memilih masuk Islam. Perilaku-perilaku keji terhadap umat Islam telah menjadi catatan hitam yang tidak bisa dihapus oleh memori kaum muslimin bagi Barat.
Penghinaan terhadap umat dan ajaran Islam kelihatannya telah berkarat dalam diri orang-orang kafir Barat pembenci Islam. SIAN bukanlah satu-satunya kelompok anti Islam yang begerak aktif dan massif membuat kampanye-kampanye negatif terhadap Islam. Tentu kejadian di New Zealand juga masih belum bisa dilupakan. Identitas pelakunya terungkap adalah seorang lelaki yang merupakan anggota kelompok “white supremacy”.
Kelompok Rasis tidak hanya di Australia, namun juga subur di Eropa dan Amerika. Ada majalah “Charlie Hebdo” yang memuat cerita-cerita kotor terhadap Islam serta fitnah-fitnah yang digulirkan. Bahkan si “the Hater of Islam”, Geert Wilders di Netherland pun selalu aman menebar kebencian baik di media sosial dan juga pidato-pidatonya di depan umum. Menyebut Pakistan sebagai negara sarang teroris, membuat prpoganda “Stop Islamisasi di Netherland”, bahkan ia juga sangat getol mengatakan perlawan terhadap “niqab dan hijab” bagi muslimah di Belanda. Dan masih banyak lagi tentunya kasus-kasus individu yang dialami umat Islam di negara minoritas muslim. Hal ini menguatkan keyakinan terhadap Islamofobia yang melanda Barat kini hari kian berkarat.
Alat Menghadang Kebangkitan Islam
Islamofobia yang melanda Barat bukanlah tanpa sebab. Atau semata-mata hanya kebencian yang tidak beralasan. Islamofobia adalah penyakit bermuatan politik dan ideologi. Penyakit yang tersturtur dan sistematis.
Penyakit ketakutan terhadap Islam adalah sebuah perang pemikiran yang disebarkan untuk menghadang kebangkitan Islam di masa mendatang.
Runtuhnya Kekhilafahan Islam pada 1924 oleh Inggris dan antek-anteknya menjadi awal dasar munculnya penyakit ini. Eropa dan Barat telah berhasil meruntuhkan institusi umat Islam dan berkuasa menjadi adidaya dengan Kapitalisme. Agenda menjauhkan umat dari memori masa lalu yang gemilang bisa dikatakan sukses. Namun, mereka juga percaya, bahwa apa yang mereka hancurkan dan bunuh dari umat Islam kelak akan kembali lagi. Karena kembalinya masa kebangkitan Islam adalah perkara keyakinan dan sulit bahkan tidak mungkin dihilangkan dari benak kaum muslimin seratus pesen.
Memori perang Salib akan terus dijadikan sebagai alasan paling mujarab untuk mengampanyekan Islamofobia di kalangan masyarakat Barat. Dengan kata lain, dendam masa lalu yang terus menghantui Barat tak pernah padam hingga hari ini. Mereka membalikkan pemikiran-pemikiran umat ajaran Islam yang sesungguhnya. Menjadikan umat Islam sebagai tertuduh atas kasus-kasus tindakan terorisme yang mereka ciptakan sendiri.
Di antara ajaran Islam yang selalu mereka kampanyekan untuk menyuburkan Islamofobia adalah:
Pertama, terkait hukum –hukum syara yang melindungi wanita mereka kampanyekan sebagai hukum yang merampas hak-hak perempuan. Seperti poligami, kewajiban isteri dan ibu di rumah tangga, menutup aurat, tabarruj, dan haramnya ikhtilat-khalwat tanpa mahram. Hingga mereka harus membuat banyak program-program keperempuanan dengan dalih melepaskan wanita dari keterpaksaan agama.
Kedua, terkait sejarah kejayaan Islam yang telah berhasil menguasai 2/3 dunia dengan dakwah dan jihad telah diopinikan sebagai “ekspansi penjajahan Islam” terhadap Barat. Kemudian mereka menguak sisi negatif pribadi-pribadi para khalifah yang sebenarnya tidak bisa mereka pertanggungjawabkan dengan data yang benar. Hanya mengira-ngira lalu menyebarkannya.
Ketiga, menyusupkan agen-agen mereka untuk belajar Islam dan mengutak-atik ajaran Islam. Seperti menjauhkan umat dari pemahaman politik Islam, mengaburkan sistem pemerintahan Islam, dan memahamkan bahwa menegakkan hukum Islam secara totalitas bukanlah kewajiban. Dan perkara – perkara tersebut menjadi bagian paling seksi bagi mereka untuk dikacaukan. []
Nahdoh Fikriyyah Islam
(Dosen dan Pengamat Politik)