Begini Peran Media dalam Krisis Kemanusiaan di Gaza

Jakarta (SI Online) – Haitsam Mahmud, Direktur Eksekutif Ghirass for Society Development, sebuah organisasi nirlaba di Lebanon yang berdiri sejak 2012 silam, hadir dalam acara “Media Briefing: Update Situasi Gaza Palestina” yang digelar Laznas Dewan Da’wah di Gedung Menara Da’wah, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, pada Selasa siang, 16 September 2025.
Dalam paparannya, Haitsam menyampaikan sejumlah data yang sangat mencengangkan mengenai aksi genosida Zionis Israel di Gaza, Palestina yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Selama sekitar 711 hari terakhir itu, militer Zionis disebut telah menjatuhkan 150 ribu ton bahan peledan di wilayah Jalur Gaza.
“Sekitar 90 % wilayah Gaza telah hancur total akibat pendudukan, mereka telah menguasai lebih dari 80% luas wilayah Jalur Gaza,” ungkap Haitsam.
Genosida warga Palestina di Jalur Gaza telah menyebabkan 64.718 orang terbunuh dan 163.859 orang terluka sejak 23 Oktober 2023 lalu. Sementara, jumlah syuhada yang gugur sejak 18 Maret 2025 terhitung 12.170 orang dan 51.818 orang cedera.

Bukan hanya anak-anak, ibu, perempuan, dan laki-laki dewasa, genosida Zionis Israel menyasar para jurnalis. Tercatat, 251 orang jurnalis terbunuh, 429 terluka dan 48 jurnalis lainnya ditangkap oleh Zionis Israel,
Haitsam menyampaikan rasa terima kasihnya kepada media, terutama media-media di Indonesia yang terus menerus menyampaikan kabar perkembangan genosida di Gaza, Palestina.
Setidaknya, kata Haitsam, ada tujuh hal yang dapat dilakukan oleh jurnalis dan media di Indonesia untuk membantu warga Palestina di Gaza.
Pertama, melakukan peliputan berkelanjutan dan harian. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar peristiwa tragis dan kerugian besar tetap terlihat oleh dunia, sepanjang waktu.
Kedua, melakukan tekanan terhadap opini publik. Sebab Peliputan yang berkelanjutan membantu menggalang kesadaran global dan mendorong pembuat keputusan untuk bertindak.

Ketiga, menyoroti kebutuhan kemanusiaan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengungkap kekurangan makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal, sambil menyampaikan perjuangan masyarakat dengan jelas dan kredibel.
“Keempat, menampilkan kisah-kisah manusia yang bermakna. membagikan pengalaman keluarga, anak-anak, dan korban luka untuk menonjolkan aspek kemanusiaan,” kata dia.
Kemudian kelima, mendokumentasikan dengan suara dan gambar. Menyajikan gambaran yang akurat—tanpa berlebihan atau meremehkan—untuk mencatat pelanggaran dan melestarikan memori kolektif.