Bekal Jelang Ramadhan
![](https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2021/05/istiqlal-ramadhan-1.jpg?resize=650%2C398&ssl=1)
Bulan Ramadhan akan kembali hadir di tengah-tengah kaum Muslimin. Sebagai orang beriman sudah sepatutnya kita berbahagia menyambut kehadiran Ramadhan dengan penuh kegembiraan.
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
“Telah datang bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.” (H.R. Ahmad).
Hadits di atas memberikan penjelasan sekaligus kabar gembira tentang keistimewaan bulan Ramadhan. Sehingga mendorong kita untuk menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan dengan penuh kebahagiaan.
Berkaitan dengan hal itu, Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan:
مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ.
“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Syakban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Syakban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.” (Lathaiful Ma’arif libni Rajab Al-Hambali)).
Namun demikian, di tengah kebahagiaan itu, kita kaum Muslimin hendaknya melakukan persiapan sebagai bekal menghadapi Ramadhan dengan berbagai amalan saleh.
Pertama, banyak berdoa. Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin usia kita sampai bulan Ramadhan, untuk itu teruslah berdoalah kepada-Nya. “Allahumma bariklana fii rajaba wa sya’ban, wa balighna Ramadhan” (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan).
Kedua, puasa sunah di bulan Sya’ban. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi Saw tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Syakban. Nabi Saw biasa berpuasa pada bulan Syakban seluruhnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, tadarus Al-Quran. Dengan memperbanyak tadarus Al-Quran di bulan Syakban, dapat mengantarkan kepada kebersihan jiwa. Sehingga saat memasuki bulan Ramadhan maka jiwa dalam keadaan bersih dan pada akhirnya dapat mengantarkan kepada keikhlasan dalam menjalankan ibadah Ramadhan.