Bela China, PHP Sang Putera Mahkota
Uighur adalah kelompok etnis Turki yang mempraktikkan Islam dan tinggal di China Barat dan sebagian Asia Tengah. Beijing menuduh minoritas di wilayah Xinjiang Barat itu mendukung terorisme sehingga harus diawasi dengan ketat. ‘Pengawasan’ ala Cina ternyata menyiksa. Jeritan minta tolong muslim Uighur, nyaris tak terdengar.
Kelompok-kelompok Uighur telah meminta pangeran muda Saudi yang kuat untuk mengangkat perjuangan mereka. Karena kerajaan ultrakonservatif secara tradisional menjadi pembela hak-hak Muslim di seluruh dunia. Namun alih-alih membela, rupanya pangeran pemberi harapan palsu (PHP).
Seperti terjadi baru-baru ini, Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman mendukung pembangunan kamp konsentrasi untuk Muslim Uighur. Dia mengatakan bahwa tindakan Cina itu dapat dibenarkan. “China memiliki hak untuk melakukan pekerjaan anti-terorisme dan ekstremisme untuk keamanan nasionalnya,” kata Bin Salman, yang telah berada di China menandatangani banyak kesepakatan dagang pada Jumat (22/02/2019).
Presiden Cina Xi Jinping, mengatakan kepada putra mahkota bahwa kedua negara harus memperkuat kerja sama internasional tentang deradikalisasi guna mencegah infiltrasi dan penyebaran pemikiran yang dianggap ekstrem. Cina telah menahan sekitar satu juta Muslim Uighur di kamp konsentrasi, tempat mereka menjalani program pendidikan ulang yang diklaim sebagai perang melawan ekstremisme. (Kiblat.net 24/2).
Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM) mengutuk sikap putra mahkota Arab Saudi Muhammad in Salman yang mendukung kamp konsentrasi Cina untuk program deradikalisasi muslim Uighur. Mohd Azmi menegaskan pernyataan Bin Salman yang menyebut Cina berhak menahan etnis Uighur untuk membasmi ekstremisme tak dapat diterima.
Begitu pun Indonesia, menolak dengan tegas terhadap tindak pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Namun tidak bisa turut campur dalam persoalan domestik yang terjadi di China. “Tapi kalau masalah domestik, tentu kita tidak ingin mencampuri masalah domestik Uighur,” tambah JK. (Merdeka.com 20/12/2018).
Sementara Din Syamsuddin yang juga President of Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) telah meminta Pemerintah Indonesia untuk menyatakan dan menyalurkan sikap umat Islam Indonesia dengan bersikap keras dan tegas terhadap pemerintah China dan membela nasib umat Islam di sana.
Dia juga mendesak Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan masyarakat internasional untuk bersikap tegas terhadap rezim China. Padahal tindakan mengecam China, telah dilakukan OKI sejak 2015. Terbukti kecaman saja tidak membuat tekanan kezaliman terhadap kaum muslim menjadi reda.