Bela China, PHP Sang Putera Mahkota
Beberapa negeri muslim pun bersikap sama. Imran Khan, perdana menteri Pakistan, tempat Pangeran Salman baru saja berkunjung, mengatakan dia “tidak tahu” banyak tentang kondisi kaum Uighur (Kiblat.net 26/2/2019). Menunjukkan sikap autis, tidak mau tahu.Tidak hanya dia, tapi para pemimpin negeri-negeri Muslim sejauh ini tidak membahas krisis Uighur dengan Cina. Mereka menjalin hubungan kemitraan dagang.
Bulan lalu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, telah mengecam tindakan China, dan menggambarkan perlakuan terhadap penduduk Uighur mempermalukan rasa kemanusiaan. Erdogan juga menyerukan penutupan kamp konsentrasi. Erdogan pernah menuduh China melakukan genosida, akan tetapi ia tetap menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Beijing.
Dunia Islam yang ada saat ini tidak mampu menolong Uighur. Kerja sama ekonomi yang mereka jalani, terbukti ampuh menghilangkan rasa kemanusiaan. Perasaan yang tegak di atas asas kapitalisme mencerai beraikan tubuh umat yang satu. Sampai hati melihat penderitaan sesama muslim. Dan sanggup berdiam diri tanpa mengulurkan tangan.
Pertemanan dengan musuh-musuh Islam adalah bukti lemahnya keimanan pemimpin negeri muslim. Padahal jelas Allah ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu. Karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran: 118)
Dalam ayat ini terkandung larangan keras untuk simpati dan memihak kepada orang-orang kafir. Allah melarang menjalin kedekatan dengan mereka. Sebab mereka selalu mencurahkan segala daya upaya untuk menyengsarakan. Dengan kata lain, jika mereka tidak memerangi umat secara terang-terangan maka mereka akan berusaha membuat tipu daya.
Sikap para pemimpin negeri-negeri muslim adalah pengkhianatan. Mereka menutup mata. Padahal sesungguhnya mampu mengirim tentara untuk melepaskan Uighur dari kezaliman. Akan tetapi mereka justru bersikap lemah dan tunduk di bawah arogansi musuh-musuh Islam. Demi materi, kepentingan para kapital sanggup merusak hubungan saudara seakidah.
Oleh sebab itu, saatnya menanggalkan sistem rusak ini, dan kembali pada Islam. Terbukti rahmatan lil alamin hanya bisa didapat dari sistem buatan Allah yang Maha Mengatur. Menghilangkan segala bentuk tekanan dan penindasan. Memberi kedamaian bagi seluruh negeri. Dan menyatukan kaum muslim, yang terpisah akibat sekat imajiner nasionalisme yang merusak tubuh umat. Allahummanshurnaa bil Islam. Wallahu ‘alam.
Lulu Nugroho
Muslimah Revowriter Cirebon