Belajar Jadi Manusia yang Mau Memanusiakan Manusia

Refleksi: Sudahkah Kita Memanusiakan Orang Lain?
Kita bisa bertanya pada diri sendiri: Apakah kita sudah menghargai penjaga kebersihan yang setiap hari menyapu jalanan? Sudahkah kita menyapa dengan hormat petugas parkir yang menjaga kendaraan kita? Atau malah sebaliknya, kita menganggap mereka hanya “pelengkap” dari hidup kita yang nyaman?
Ingatlah akan sabda Rasulullah Saw, “Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kepedulian adalah syarat cinta. Dan cinta adalah pondasi dari kehidupan yang saling menghargai. Maka, memanusiakan sesama bukan sekadar sikap sopan, melainkan bagian dari ibadah sosial yang mulia.
Melihat bagaimana suatu komunitas yang saling menjaga keutuhan tim, menghormati sesama, serta tetap menyebarkan semangat dan cinta meski diterpa kritik dari berbagai arah, menjadi pengingat bahwa sikap manusiawi bisa hadir dari siapa saja. Bahkan dari mereka yang sering dianggap tidak ideal oleh sebagian orang.
Dunia tidak sedang kekurangan manusia, tetapi kekurangan mereka yang benar-benar memahami makna menjadi manusia. Karena pada akhirnya, yang dibutuhkan oleh setiap orang bukan hanya pengakuan, tetapi penerimaan. Bukan sekadar toleransi, tetapi penghargaan. Dan bukan hanya dinilai, tetapi dimanusiakan.
Semoga kita tidak hanya belajar untuk tampil baik, tetapi juga untuk berbuat baik. Tidak hanya mengagumi mereka yang berada di atas panggung, tetapi juga mengapresiasi mereka yang setiap hari berjuang dalam diam. Dan semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk menjadi manusia, yang benar-benar manusia. Semoga.[]
Husnul Khotimah, Staf LP3M STIS Husnul Khotimah Kuningan, Jawa Barat.