OPINI

Belanja Berlebihan Jelang Idulfitri

Ada beberapa sebab munculnya perilaku pembelian kompulsif ini, yaitu faktor kepribadian dan motivasi. Faktor kepribadian yang menjadi pemicu munculnya pembelian kompulsif ini adalah fantasi kesuksesan seseorang dan rendahnya rasa percaya diri. Adapun motivasi yang mendorong perilaku pembelian kompulsif ini adalah mengurangi kecemasan yang diakibatkan rendahnya rasa percaya diri

Konsumen yang memahami apa yang diinginkanya tidak akan terjangkiti masalah pembelian tak terencana (impulsive buying). Secara umum konsumen jenis ini tidak akan mudah dipersuasi oleh sales person, iklan dan lain sebagainya. Tujuan yang tidak jelas atau berkonflik mengurangi kemampuan pengendalian diri konsumen. Sebagai contoh, seseorang yang pergi ke mall atau supermarket tanpa tujuan yang jelas adalah konsumen yang berpotensi melakukan pembelian tidak terencana.

Pengendalian Diri

Kondisi berkebalikan dari perilaku belanja impulsif adalah perilaku hemat konsumen. Lastovicka et al (1999) meneliti tentang kebiasaan berhemat konsumen. Kebiasaan konsumen yang berhemat itu sebagian berlandaskan ajaran agama yang menyatakan bahwa hidup hemat adalah mulia.

Ada beberapa persepktif yang bisa menjelaskan perilaku hidup hemat yang dilakukan konsumen ini. Pertama, perspektif agama. Hampir semua agama besar di dunia memberikan penjelasan yang serupa tentang hidup hemat, yaitu hidup hemat adalah mulia dan merupakan salah satu sifat Tuhan.

Kedua, adat dan tradisi. Dalam tradisi dan adat Jawa misalnya perilaku manusia yang mampu mengendalikan diri terhadap hawa nafsu dianggap sebagai bagian dari sifat mulia manusia.

Puasa Ramadhan bukanlah sebuah tujuan atau akhir melainkan hanya sebuah latihan. Puasa Ramadhan sebenarnya adalah sebuah latihan bagi kita untuk mengendalikan diri.

Artinya mereka yang dianggap sukses dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan adalah mampu mengendalikan hawa nafsu pada bulan-bulan berikutnya pasca Ramadhan. Kebiasaan berbelanja berlebihan menjelang Idulfitri justru menunjukkan kesia-siaan ibadah puasa Ramadhan.[]

Prof. Dr. Anton A. Setyawan, SE., M.Si., Guru Besar Ilmu Manajemen Fak Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button