Bencana Bertubi, Bukti Cinta dan Murka Illahi
Sabtu (22/12/2018) pukul 22.00 WIB BMKG mencatat ada potensi gelombang air laut pasang akibat fenomena bulan purnama. Hal ini menyebabkan air laut pasang naik hingga ketinggian 5 meter. Kejadian berada di wilayah Selat Sunda kawasan pantai Carita, Pandeglang, Anyer, Panimbang, dan Ujung Kulon.
Atas insiden tersebut masyarakat diminta untuk tenang dan tidak panik. Karena tidak ada gempa yang menyebabkan tsunami. Namun di waktu dan tempat yang sama pula, pihak BMKG kemudian memberikan informasi lanjutan. Bahwa ada indikasi terjadi tsunami akibat erupsi anak gunung Krakatau.
Berita terakhir dari PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan bahwa aktivitas vulkanik anak gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda terus meningkat. Status Gunung anak Krakatau telah dinaikkan SIAGA (level III) radius berbahaya diperluas menjadi 5 km. Berlaku terhitung mulai 27/12/2018.
Belum kering airmata ini karena bencana gempa dan tsunami dahsyat di Palu kemarin, kita sudah disuguhi sebuah bencana lagi. Kini giliran wilayah Banten, daerah yang terkenal akan keislamannya di lahap oleh air bah. Hal ini membuktikan bahwa betapa lemahnya kita sebagai manusia, dan betapa dahsyatnya kekuatan alam yang notabene digerakkan atas perintah Allah.
Terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sekitar yang melakukan tindak kemaksiatan atau tidak. Kita mesti berempati dengan turut berduka bagi korban, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah subhanahu wata’ala. Serta keluarga yang ditinggalkan, semoga senantiasa diberikan kesabaran. Begitu pula bagi kita yang melihat kejadian tersebut agar menjadi muhasabah bersama.
Jika manusia bertanya, mengapa hal ini terjadi? Maka Allah subhanahu wata’ala telah menjawab dalam firman-Nya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar Ruum: 41).
Dari ayat-ayat diatas tergambar bahwa bencana yang bertubi-tubi teejadi merupakan bentuk teguran dari Allah agar manusia tak berpaling dari segala perintah-Nya. Bukan sekedar bencana alam yang datang secara alamiah semata. Bukan sebuah fenomena alam yang biasa terjadi tanpa makna tanpa arti.