Bencana Konstitusi
Ia mengingatkan menjadikan tokoh simbolis Sengkuni di tengah-tengah ruak dan riak perang pertempuran antara Kurawa dan Pandawa di padang Kurusetra. Yang kali ini harus diubah alur epos dan epik sejarahnya, Kurawalah yang memenangkan peperangan itu.
Tapi ya sudahlah bagi yang mengalah —bukan kalah lho—- kenyataan pahit itu harus ditelan. Menelan yang pahit tidak berarti menelan kiamat segala kegetiran.
Justru, membawa hikmah mendalam yang akan semakin memperkaya pahala segala kesejatian kebenaran. Dan itu akan menjadi modal yang berbobot secara intelektualitas dan religiusitas untuk modal kepemimpinan masa depan.
Dibanding merengkuh yang manis tapi berasal dari bencana konstitusi. Apakah Presiden dan wakilnya itu masih dan sudah cukup dianggap memiliki legitimasi untuk memimpin negara? Yang anak haram konstitusi?
Yakinlah apa-apa dikinerjakan dan dikerjakan nanti berjalan dari bencana konstitusi, yang membawa ulah pasti akan menjadi tulah bagi dirinya sendiri.
Kita lihat di perjalanannya nanti. []
Mustikasari-Bekasi, 23 Maret 2024
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan