Bersyukurlah, Niscaya Allah Begitu Dekat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سَلْ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ كَمْ ءَاتَيْنَٰهُم مِّنْ ءَايَةٍۭ بَيِّنَةٍ ۗ وَمَن يُبَدِّلْ نِعْمَةَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُ فَإِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
“Tanyakanlah kepada Bani Israil, berapa banyak bukti nyata yang telah Kami berikan kepada mereka. Barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah (nikmat itu) datang kepadanya, maka sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Surat Al-Baqarah ayat 211)
Bersyukurlah dengan apa yang Allah berikan kepada kita. Sekalipun hal itu bukan hal yang kita inginkan. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Bersabarlah karena ash-shabrun jamil itu adalah keadaan yang menerima apa pun yang Allah berikan dan menikmatinya. Betapa pun panjang penantian untuk dapat menjemput apa yang kita inginkan, tanpa mempertanyakan maksud Allah Azza wa Jalla dan meminta agar apa yang kita inginkan segera terjadi.
Sebuah peristiwa juga bukan terjadi berdasarkan rekayasa manusia. Melainkan terjadi karena ketentuan dan ridha Allah Ta’ala. Dan, untuk orang-orang beriman; peristiwa itu akan terjadi sesuai pada apa yang diyakini karena Allah selalu membenarkan, apa yang diyakini oleh orang yang selalu membenarkan Allah di dalam hatinya. Oleh karena itu, berbaik sangkalah selalu kepada Allah. Yakinilah bahwa pertolongan Allah itu benar dan selalu datang pada waktunya.
Kekufuran Bani Israil
Jangan seperti perilaku Bani Israil yang digambarkan dalam ayat Al-Baqarah 211 ini. Mereka senantiasa mempertanyakan kepada Allah, mengapa yang Dia berikan tidak sesuai dengan apa yang mereka yang inginkan. Oleh karena itu, ayat ini adalah pertanyaan retorik yang Allah perintahkan kepada orang beriman untuk melihat betapa banyaknya nikmat yang telah diberikan kepada bani Israil; dan betapa mereka juga selalu meminta yang lain sekaligus mengingkarinya.
Padahal apa yang diberikan kepada Bani Israil adalah nikmat-nikmat yang istimewa yang tidak semua umat manusia dapat memperolehnya. Seperti yang terdapat pada ayat 57 di surat Al-Baqarah tentang manna dan salwa yang telah Allah berikan untuk dijadikan makanan dan minuman bagi mereka. Manna sendiri adalah cairan seperti madu yang berwarna merah. Di dalamnya terdapat nutrisi yang tinggi untuk menjadi sumber energi bagi mereka yang sedang dalam perjalanan. Ada yang mengatakan bahwa manna langsung turun dari langit dan ada yang mengatakan bahwa manna terdapat pada dahan-dahan pepohonan yang mudah untuk diambil.
Ditambah dengan sekawanan burung atau salwa yang bergerombol menghampiri. Bani Israil kemudian dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk bisa mendapatkan burung-burung salwa tersebut. Jadi, mereka mendapatkan dua nikmat, yaitu burung salwa sebagai makanan dan cairan manna sebagai minuman. Keduanya adalah karunia dari langit.
Namun, Bani Israil kemudian malah menagih hal lain yaitu apa yang berasal dari “bawah” atau bumi. Mereka berkata bahwa mereka tidak tahan dengan makanan yang “itu-itu saja”. Maka mereka merengek untuk diberikan sayur-sayuran, mentimun, adas, bawang merah dan bawang putih. Entah apa yang ada di dalam benak bani Israil.
Akan tetapi, mengingkari nikmat dan menolak bukti nyata karunia Allah, inilah yang membuat-Nya murka. Selain perilaku kufur lain mereka yang juga sudah melampaui batas. Inilah yang kemudian membuat Allah mengancam orang-orang yang berperilaku seperti Bani Israil ini dengan balasan atau azab yang sangat keras.