Bersyukurlah, Niscaya Allah Begitu Dekat
Ajakan Bertafakur
Banyaknya ayat Allah Ta’ala yang nyata dihadapan kita, tak lain untuk mengingatkan ketinggian kuasa-Nya. Karena itu, bila ingin berhasil menjadi orang yang senantiasa menyucikan dan tunduk pada keperkasaan-Nya, bertasbih dan bertafakurlah dengan setiap penciptaan-Nya dalam semesta. Cobalah respon ayat-ayat Allah dan hadits Rasulullah, sebagaimana yang diinginkan oleh ayat tersebut. Sebagaimana para sahabat Rasul.
Ayat-ayat Allah Ta’ala terbagi menjadi ayat Qur’aniyyah dan ayat Kauniyah. Misalkan bila membaca ayat 96 surat Al-Waqi’ah yang berbunyi, “Fasabbih biismi rabbikal ‘azhiim” yang artinya “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.” Itu adalah perintah untuk bertasbih. Saat itu bacalah Subhana rabbiyal ‘adziiim.
Allah Azza wa Jalla banyak sekali mengajak kita berfikir melalui ayat-ayat-Nya. Tak lain untuk memberikan kebenaran yang tidak bisa sangkal untuk senantiasa bersyukur dan tunduk pada kebesaran-Nya. Dengan ayat-ayat yang mengajak seorang manusia berpikir inilah, Allah memberi tahukan berbagai hal yang membuat manusia berilmu dan memiliki panduan untuk menjalani hidup. Apa petunjuk teknis tentang hal yang perlu dilakukan, maka Allah memberitahukannya di setiap ujung ayat. Bertasbih, bersyukur, taat, dan berbagai hal lainnya. Karena, memang tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menandingi penciptaan-Nya dan kekuasaan-Nya untuk memelihara apa yang diciptakan-Nya.
Biasakanlah untuk berpikir dalam setiap peristiwa yang terjadi atas kehendak Allah. Setiap ayat kauniyah sebenarnya adalah tanda-tanda pengingat dari Allah agar kita selalu bersyukur. Hujan yang turun, sesungguhnya adalah rahmat bagi alam semesta. Namun, kebanyakan kita malah kufur dengan menyesali turunnya. Api adalah rahmah untuk keperluan hidup dan keselamatan. Namun, kita akan segera kufur dan menuduhnya sebagai penyebab bencana, manakala api merajalela akibat kelalaian kita sendiri.
Kebiasan buruk kita yang selalu berulang-ulang melakukan dan melihat berbagai hal tanpa mempedulikan adab dan akal inilah yang kelak tanpa sadar membuat kita perlahan menjadi kufur dan lupa bersyukur. Maka, bertasbihlah dan lakukanlah apa yang diinginkan oleh ayat-ayat Allah dan hadits Rasul-Nya agar kita tidak kufur terhadap ayat-ayat-Nya yang bayyinah atau jelas ini.
Nikmat Terbesar
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Waqi’ah ayat 88-96:
فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ ࣖ
“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam jahannam. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.”
Nikmat yang terbesar dalam hidup kita adalah nikmat mendapatkan informasi tentang kehidupan abadi setelah kehidupan fana di dunia ini. Informasi tentang orang-orang yang didekatlan kepada Allah (Al-Muqarrabiin), orang-orang yang masuk surga dari golongan kanan yaitu mereka yang masuk surga tanpa hisab – di antaranya adalah mereka yang meninggal sebelum baligh (Ashabul Yamin), dan orang-orang yang termasuk dalam golongan yang mendustakan lagi sesat (Al-Mukadzibiinadh-Dhaliin).