Buka Puasa Bersama; Antara Malaysia dan Jakarta
Dari sekitar 32 juta rakyat Malaysia, hanya 60% lebih antaranya beragama Islam. Namun demikian Islam adalah dasar negara mereka. Sementara dasar negara Indonesia adalah Pancasila setelah piagam Jakarta menjadi hadiah terbesar umat Islam untuk bangsa dan negara Indonesia. Dari 262 juta lebih orang Indonesia, sekitar 85% nya beragama Islam. Dan dari lebih 10 juta penduduk Jakarta sekitar 80% antaranya beragama Islam.
Setiap bulan puasa, masjid dan surau di Malaysia biasanya akan melakukan program berbuka puasa bersama sepanjang bulan Ramadan. Kami sekeluarga lebih suka berbuka di surau perumahan tempat kami tinggal pada hari kerja. Pada ujung minggu kami akan menempuh perjalanan puluhan kilometer menggunakan kenderaan peribadi untuk berbuka dan solat tarawih di Masjid Wilayah, Masjid Negara Kuala Lumpur, Masjid Besi dan Masjid Putera di Putrajaya.
Jika di Indonesia persepsi masyarakat orang yang berbuka puasa bersama di masjid adalah untuk golongan miskin, anak yatim, gelandangan sebagainya, di Malaysia yang ikut berbuka puasa bersama ini rata-rata orang kaya dan berpangkat tinggi. Mereka akan membawa keluarga mereka untuk makan berbuka puasa bersama. Banyak di antara mereka yang bergelar Profesor Doktor, Datuk, boss perusahaan, kontraktor besar, pemilik SPBU, Dokter spesialis dan sebagainya.
Biaya berbuka puasa bersama di masjid dan surau biasanya dibiayai oleh bayaran bersama seperti malam pertama ditanggung oleh warga perumahan lorong A, malam kedua ditanggung oleh orang kaya B dan seterusnya. Amalan memberi makan orang puasa ini banyak peminatnya, karena pahalanya sama seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala yang puasa tersebut. Jika ada orang kaya yang ingin membiayai acara berbuka puasa lebih dari dua hari, biasanya panitia tidak akan membenarkannya demi untuk memberi peluang orang lain menikmati pahala memberi makan orang yang berpuasa untuk berbuka.
Biasanya buka puasa dimulai dengan makan kurma, kopi susu, teh susu, kue sebagainya dan setelah solat magrib barulah jemaah akan makan nasi bersama dan menu yang banyak. Biasanya menu yang paling sering dan digemari jemaah adalah masakan kambing. Ayam goreng, ikan, daging, sayur dan sebagainya adalah menu yang biasa. Setelah solat taraweh, ada istilah moreh iaitu menu kopi, the, bubur daging dan sebagainya. Sementara sepuluh malam terakhir, panitia akan menyediakan makan sahur bersama di masjid dan surau setelah menunaikan solat malam secara berjemaah mulai jam 4 pagi.
Pemerintah Malaysia secara resmi akan melakukan program buka puasa bersama pada ujung minggu di Dataran Merdeka, (semacam Monas di Jakarta). Antusias masyarakat untuk menyertai buka puasa bersama sangat tinggi. Ia disertai oleh segala lapisan masyarakat tanpa membedakan pangkat, harta dan kedudukan. Ia bagaikan sebuah acara yang menarik karena semacam sebuah liburan keluarga dan bermanfaat untuk rohani dalam menambah keimanan. Biayanya berasal dari APBN/APBD dan sponsor dari berbagai-bagai perusahaan. Perusahaan akan memanfaatkannya untuk iklan produk mereka karena ia lebih murah daripada iklan di media massa seperti TV, Majalah, Koran, Radio, media online. Ini karena ia dihadiri oleh ribuan orang termasuk turis asing dan juga sebagai wadah dakwah kepada agama lain agar persepsi Islam-teroris sebagai bahan difitnah media, penguasa dan penguasa dengan sendirinya terbantahkan.
Bagaimana dengan Jakarta?
Di saat Pemerintah Jakarta yang dipimpin oleh Gubernur Dr. H. Anies Rasyid Baswedan dan wakil Gubernur H. Sandiaga Salahuddin Uno M.B.A ingin melakukan program berbuka bersama di Monas, berbagai-bagai komentar sinis dilakukan mereka yang tidak realistik. Bagi mereka mengadakan konsert Lady Gaga, Artis Korea yang dibiayai dari uang rakyat melalui APBN jauh lebih baik dari acara berbuka puasa bersama. Padahal konsert hanya menunaikan keinginan segelintir masyarakat Jakarta dibandingkan dengan berbuka puasa yang mewakili aspirasi dan keinginan sebahagian besar masyarakat Jakarta yang mayoritasnya beragama Islam dan mereka adalah pembayar pajak terbesar di negara ini.
Menunaikan keinginan minoritas dari APBN seperti konsert, perayaan agama selain Islam di Monas menggunakan biaya APBD dan sebagainya lebih diutamakan dari menunaikan ibadah yang dilaksanakan oleh mayoritas masyarakat adalah sebuah ironis di negara Umat Islam terbesar di dunia ini.
Hal yang sama juga dilakukan oleh pendekar rakyat yang mendapat gelar Gubernur rasa presiden di media sosial yaitu Anies Baswedaan saat menutup proyek reklamasi demi untuk lebih mengutamakan memperjuangkan hak dan kepentingan mayoritas daripada memenuhi keinginan nafsu minoritas. Ini sejalan dengan konsep leadership Abu Bakar Siddiq dengan semboyannya “orang kuat di antara kamu adalah lemah di sisi saya, orang lemah di sisi kamu adalah kuat di sisi saya”. Ini sejalan dengan semboyan pejuang rakyat yang tidak pernah memanfaatkan rakyat untuk kepentingan diri dan keluarganya iaitu Haji Agus Salim “Dalam Negeri Kita Janganlah Kita Yang Menumpang”
Kajang, 11 Jun. 2018
Dr Afriadi Sanusi MA