Bulan Mulia Telah Datang, Jangan Lewatkan Begitu Saja
Mencoba menyibak sejarah orang-orang sholeh terdahulu yang menjadikan seluruh hidup mereka adalah Ramadhan. Mereka telah mempersiapkan diri menanti datangnya bulan Ramadhan. Sebuah persiapan yang cukup untuk ‘bertarung’ dan istiqamah sehingga mereka benar merasakan sepenuhnya Ramadhan tersebut.
Rindu cahaya Ramadhan, berarti rindu pada sejuta kebaikan dalam bingkai amalan sholeh. Kerinduan yang hakikatnya merupakan kerinduan akan akhirat, kerinduan bertemu Allah Ta’ala. Oleh karena itu mereka berharap penuh kepada Allah Ta’ala, agar umur dipanjangkan bertemu syahrul mubarak. Pertanda mereka memiliki hati yang hidup, sambil khawatir jika umur tak sampai ke sana. Mereka adalah teladan, pengingat setiap hamba yang datang setelah mereka pada kematian. Tidak terbuai akan silaunya kehidupan dunia di hadapan mata.
Allah Ta’ala, berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِىٓ أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 185)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menyelami kemuliaan Ramadhan
Berjuta keutamaan bulan Ramadhan, terbukanya pintu syurga dan tertutupnya pintu neraka. Bulan penuh dengan pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka. Kesempatan menjadi kekasih Allah Ta’ala. Setiap malam menjadi pembebasan api neraka. Bulan yang terkabulnya setiap doa, bahkan Allah Ta’ala memberikan syafaat kepada setiap pelaku didalamnya. Tiada kegembiraan selain didapat didunia terlebih akhirat dengan Meraih syafaat melalui Alquran.
Menghidupkan Ramadhan
Menjadi sesuatu yang teramat sayang untuk ditinggalkan walau sedetik hembusan nafas, agar bisa menjalankan semua kegiatan kebaikan menuai keberkahan termasuk aktivitas mulia yaitu, Puasa, Sholat Tarawih, Tilawah Quran, Sedekah, I’tikaf.
Lailatul Qodar dan Keutamaannya
Puncak dari segala keutamaan Ramadhan yang sering kita tinggalkan karena secuil dunia yang tak berharga. Berharap menjemput malam kemuliaan dengan menggapai ridho Allah Ta’ala selama nyawa masih dikandung badan. Paling tidak bisa menikmatinya walau satu kali seumur hidup.
Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qodar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3
”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3).
Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qodar. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Ramadhan bulan mulia jangan sampai dilewatkan begitu saja…
Yang malas beribadah, akan kembali sadar…
Yang semangat beribadah, akan terus bertambah…
Yang lalai berdzikir, akan semangat berdzikir…
Yang malas ke masjid, akan rajin ke masjid…
Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbanyak doa dan mengetuk pintu langit, karena ia saat yang mustajab untuk dikabulkannya doa.
Tidak ada yang dapat mengetahui betapa agungnya hari-hari tersebut kecuali orang-orang yang telah kehilangan darinya, yaitu para penghuni kubur.
Seandainya Allah Ta’ala mentakdirkan bagi para penghuni kubur untuk dikeluarkan dari kuburnya, niscaya mereka akan berkata : “JANGAN PERNAH ENGKAU SIA-SIAKAN SATU DETIK PUN DARI HARI-HARI DI BULAN RAMADHAN”
Jangan sampai kita menjadi golongan yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebutkan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya.” (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’, no. 3510)
Semoga Allah Ta’ala menyampaikan kita di bulan mulia Ramadhan, dan mampu menjalani setiap detik perjalanannya dengan berbagai amalan amalan istimewa demi menggapai ridho dan ampunan Allah Ta’ala…Allahuma Aamiin.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia