OPINI

Bunuh Diri Anak Makin Marak, Pendidikan Akidah Penting Dikuatkan

Fenomena bunuh diri di kalangan anak-anak semakin mengkhawatirkan. Berita anak yang nekat mengakhiri hidupnya terus menghiasi media. Alasannya beragam: tekanan akademik, perundungan, hingga masalah keluarga. Namun, yang lebih menyedihkan adalah kenyataan bahwa anak-anak ini kehilangan harapan hidup di usia yang seharusnya penuh keceriaan dan harapan.

Masalah ini bukan sekadar persoalan individu, tetapi cerminan dari kerusakan sistemik yang ditanamkan oleh sekularisme. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan dan mengabaikan kebutuhan spiritual serta mental anak-anak.

Di bawah pengaruh sekularisme, kehidupan anak-anak didominasi oleh tuntutan duniawi. Pendidikan lebih fokus pada pencapaian akademik, prestasi, dan kesuksesan material tanpa mengajarkan makna hidup yang sesungguhnya.

Akibatnya, anak-anak tumbuh dengan beban ekspektasi yang berat. Ketika mereka gagal memenuhi standar ini, rasa tidak berharga dan putus asa pun muncul. Dalam sistem yang mengesampingkan agama, anak-anak tidak memiliki pondasi akidah yang kuat untuk memahami bahwa hidup adalah ujian dan setiap kesulitan memiliki hikmah.

Kapitalisme memperburuk keadaan dengan menciptakan persaingan yang tak sehat, baik dalam hal pendidikan, pekerjaan, hingga gaya hidup. Media sosial, sebagai produk kapitalisme, menciptakan standar kecantikan dan kesuksesan yang mustahil dicapai.

Anak-anak yang merasa gagal memenuhi standar ini menjadi korban dari sistem yang tak peduli pada kesejahteraan mental mereka. Alih-alih mendapat dukungan, mereka sering kali diabaikan atau malah disalahkan atas kegagalan mereka.

Orang tua pun terjebak dalam tekanan ekonomi, sehingga interaksi mereka dengan anak-anak berkurang. Anak yang membutuhkan perhatian emosional sering kali terabaikan, membuat mereka merasa kesepian dan tidak dicintai.

Islam dengan akidah sebagai landasannya, memberikan panduan lengkap untuk menciptakan individu, keluarga, dan masyarakat yang sehat secara mental dan spiritual. Dalam Islam, pendidikan tidak hanya berorientasi pada ilmu duniawi, tetapi juga membangun mental dan spiritual yang kokoh.

  1. Menanamkan Tujuan Hidup Sejak Dini

Dalam Islam, setiap manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah (QS. Adz-Dzariyat: 56). Anak-anak yang memahami tujuan hidup ini akan memiliki mental tangguh dalam menghadapi cobaan.

  1. Peran Keluarga yang Sentral

Orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Islam mendorong orang tua untuk mendidik anak dengan kasih sayang, memperhatikan kebutuhan emosional mereka, dan membangun komunikasi yang baik.

  1. Masyarakat dan Negara yang Melindungi

Dalam sistem Islam, masyarakat dan negara ikut bertanggung jawab atas kesejahteraan anak-anak. Negara Islam (Khilafah) memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, sehingga keluarga dapat fokus mendidik anak-anak mereka tanpa tekanan ekonomi berlebihan.

Fenomena bunuh diri anak adalah alarm keras bagi umat manusia. Ini adalah bukti nyata kegagalan sistem sekularisme dan kapitalisme yang hanya mementingkan dunia tanpa mempedulikan aspek spiritual dan emosional.

Saatnya kita kembali kepada Islam, menjadikan akidah sebagai landasan pendidikan dan kehidupan. Dengan begitu, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang kuat, memiliki harapan, dan memahami bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh makna.

Mari lindungi anak-anak kita, bukan hanya dengan cinta, tetapi juga dengan sistem yang sesuai dengan fitrah mereka. Karena hanya dengan Islam, setiap jiwa akan merasa berharga dan terlindungi.

Selvi Sri Wahyuni M.Pd

Artikel Terkait

Back to top button