“Capita Selecta”, Buku Bermutu yang Perlu Dibaca
Menurutnya, manusia tak akan pernah lepas dari kata. Sebab kata ‘naathiq’ dalam definisi insan (hayawaan naathiq) juga mengindikasikan makna ‘nuthq’ yang bermakna berbicara. Berkata atau berbicara selalu mengharuskan adanya dua hal, lafaz dan makna. Dengan itulah perkataan terbentuk. Adapun bahasa, ia merupakan perantara dalam interaksi antarmanusia, sebagaimana definisi Ibnu Jinni (w.392H) tentang bahasa adalah “lafaz-lafaz yang diperuntukkan setiapkaum akan maksud dan tujuannya.”
Menurut Prof al Attas, sebuah bahasa menjadi bersifat Islam setelah mengalami proses pengislaman (Islamization). Proses ini terjadi saat pertama kali Al-Qur’an diturunkan melalui bahasa Arab. Kata mulia (karim) misalnya, yang dipahami oleh orang Jahiliyah dulu- bahwa orang mulia adalah mereka yang tinggi kedudukannya, nasabnya, jabatannya, hartanya atau lainna- mengalami proses Islamisasi. Maknanya berubah. Al-Qur’an menjelaskan bahwa orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa.
Sebaliknya jika suatu kata atau istilah sudah menyimpang maknanya dari makna yang seharusnya, maka kata itu mengalami proses penafi-islaman (deislamization). Kini banyak kata-kata penting dalam Islam mengalami proses deislamisasi.
Deislamisasi bahasa terjadi –salah satunya- akibat proses sekulerisasi Barat. Menurut al Attas masalah utama yang dihadapi peradaban Barat adalah perihal keraguan mereka terhadap kemampuan bahasa dalam memberikan hakikat dan kebenaran secara tepat, atau sering disebut perihal representasionalisme.
Jadi mereka memiliki kerancuan dalam memahami perbendaharaan bahasa yang tidak memiliki hakikat wujud secara materi. Seperti kata tuhan, akal, nafsu, hikmah, ilmu, adab, adil dan lain-lain. Ini karena mereka menganut paham materialisme yang mengharuskan adanya wujud materi segala sesuatu. Makna kata-kata yang datang dari Islam itu diputarbalikkan sesuai budaya dan kondisi masyarakat Barat yang sekuler.
Sebagai misal makna kata keadilan. Bagi masyarakat Barat, keadilan adalah suatu perkara yang berlangsung dalam rangka dua pihak yang merujuk pada negara dan masyarakat, yaitu antara seseorang dengan orang lain, rakyat dengan raja, atau masyarakat dengan negara.
Begitu juga halnya dengan lawan kata keadilan, yaitu kezaliman. Makna kata ini hanya berkisar pada dua pihak. Al Attas mengutip perkataan Aristoteles bahwa tidak mungkin adanya kezaliman pada diri sendiri. Seseorang yang membunuh dirinya, misalnya ia tidaklah menzalimi dirinya melainkan negaranya. Karena dengan perbuatannya itu, ia telah meniadakan tugas dan tanggungjawabnya terhadap masyarakat dan negara.
Kata adil datang dari Islam. Dalam kacamata Islam, keadilan berpuncak pada diri sendiri. Seorang Muslim telah adil pada dirinya, karena ia menepati janji untuk tunduk pada Rabbnya, yaitu Allah SWT (al A’raf 172). Perilaku zalim pada diri sendiri, sudah diakui oleh manusia pertama di muka bumi, yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa. Sebagaimana firman Allah SWT, ”Mereka berdua berkata, wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami…” (al A’raf 23). Maka Muslim yang baik adalah mereka yang adil dan tidak menzalimi dirinya.
Walhasil, banyak pembahasan yang menarik yang diungkap penulis dalam buku yang tebalnya 218 halaman ini. Seperti: Nilai Gontor dan Potensi Santrinya, Peran Ilmu Bahasa dalam Memahami Aqidah, Menghafal Al-Qur’an Mengapa dan untuk Apa?, Apa Pentingnya Mempelajari Ilmu Debat, Aqidah Ahlussunnah dan Konstitusi Kita, Menjawab Tuduhan atas Pernikahan Nabi dan Sayyidah Aisyah, Apakah Gender itu Ajaran Islam? Keistimewaan Terbesar Umat Islam, Meneladani Sosok Abdullah bin Amru di Era Milenial, dan lain-lain.
Sayang bila yang bermutu ini anda lewatkan. Bagi aktivis, guru, dosen, orang tua, profesional atau mahasiswa sangat penting untuk mengambil pelajaran dari buku ini. Wallahu alimun hakim.
Nuim Hidayat, Anggota MIUMI dan MUI Depok.
Ini adalah resensi karya Bana Fatahillah berjudul “Capita Selecta, Pendidikan dan Pemikiran Islam dari Teras Al Azhar” (Ponpes At Taqwa Depok, November 2021). Bila Anda minat pada buku ini bisa menghubungi 087881942666.