Catatan (Alm) KH. Solahuddin Wahid: ‘Setelah Bebas, KH. Yusuf Hasyim Justru Tidak Meneruskan Karir Militer’

Para pembajak itu mengajukan lima tuntutan, yaitu: 1). Pembebasan rekan mereka yang ditahan karena terlibat penyerangan pos Polisi di Cicendo, Bandung (11-3-1981). 2). Pembebasan mereka yang ditahan karena terlibat kasus teror Warman dan Komando Jihad. 3). Penyediaan uang sebesar 1,5 juta Dollar AS. 4). Menuntut mundurnya Adam Malik dari jabatan Wakil Presiden. 5). Mengeluarkan orang-orang Israel dari Indonesia.
Tiba saat tanya jawab, Muhammad Yusuf yang wakil rakyat mengajukan pertanyaan kepada Muhammad Yusuf yang Panglima ABRI. Lima pertanyaan yang disebutnya dengan “lima mengapa”:
- Mengapa yang dituntut mundur hanya Wakil Presiden Adam Malik, tidak sekalian meminta Pak Harto mundur sebagai Presiden?
- Mengapa Pesawat Garuda yang dibajak itu melakukan pendaratan darurat di Bangkok dan tidak ke negara Islam seperti Libya, Irak atau Iran?
- Mengapa di Crisis Centre pihak keamanan Indonesia di Bandara Bangkok, terdapat juga Duta Besar AS untuk Thailand?
- Mengapa senjata, senapan tempur, yang dipakai tentara kita bermerk UZI buatan Israel?
- Seperti yang terlihat di tayangan TV di antara para pembajak yang berhasil ditangkap aparat keamanan kita, dia orang masih hidup dan ketika turun ditutup kepalanya. Mengapa kini dilaporkan duanya tewas? Apa yang sesungguhnya terjadi dan bagaimana visumnya?
Muhammad Yusuf yang Panglima ABRI marah besar, dan dengan suara meninggi memerintah anak buahnya agar membawa Pal Ud melihat kuburan para pembajak.
Pak Ud tidak grogi atau gentar bahkan mengiterupsi dengan mengatakan “Buat apa saya dibawa ke kuburan itu. Toh saya tidak bisa membedakan itu kuburan siapa. Yang saya tanyakan ialah hasil visumnya. Bahkan selain soal visum dan senapan merk UZI juga tidak terjawab.” []
Muhammad Halwan
Sumber: Buku “Sang Pejuang Sejati : K.H. Muhammad Yusuf Hasyim di Mata Sahabat dan Santri”.