CEVHAP Dibentuk untuk Membantu Menghilangkan Ancaman Hepatitis
Jakarta (SI Online) – Virus hepatitis terutama hepatitis B dan C, mempengaruhi satu dari 12 orang di seluruh dunia atau dapat mempengaruhi kehidupan sekitar satu juta orang setiap tahun.
Asia Pasifik merupakan daerah dengan tingkat penderita virus hepatitis paling banyak di seluruh dunia.
Sehubungan dengan itu, sekelompok ahli terkemuka dalam bidang kesehatan di Asia Pasifik mendesak pemerintah dan masyarakat agar lebih sadar dampak hepatitis yang dapat menghancurkan kehidupan manusia.
Para ahli itu tergabung dalam Koalisi Pemberantasan Virus Hepatitis (CEVHAP) di Asia Pasifik. Organisasi non-pemerintah ini dibentuk berdasarkan Resolusi Majelis Kesehatan Dunia terhadap Virus Hepatitis (WHA63.R18) pada 21 Mei 2010 lalu.
Cevhap.org dibentuk guna mengatasi kurangnya kesadaran dan kemauan politik dalam mengatasi masalah dengan virus hepatitis.
Selain itu, Cevhap juga dibentuk untuk merumuskan kebijakan yang akan membantu Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk menghilangkan virus hepatitis di wilayah Asia Pasifik (APAC).
Tujuan WHO adalah untuk mengurangi prevalensi hepatitis B, infeksi hati yang berasal dari virus hepatitis B (HBV), di kawasan APAC.
Berdasarkan kerangka regional 2018 untuk menghilangkan virus hepatitis dari 2018 hingga 2030, APAC memiliki beban hepatitis B yang signifikan, dengan 115 juta orang di wilayah Pasifik Barat berisiko hidup dengan hepatitis B kronis sementara di wilayah Asia Tenggara 39 juta orang.
Meskipun sudah ada hasil dalam pemberantasan hepatitis, seperti meluasnya program vaksinasi di wilayah tersebut, Co-Chairs CEVHAP Saeed Hamid mengatakan masih banyak yang harus dilakukan, khususnya untuk merawat wanita hamil, yang dapat menularkan penyakit tersebut kepada anak-anak mereka.
“Vaksin hepatitis B dalam birth dose , yang merupakan salah satu intervensi paling efektif, 67% mendapatkan birth dose dan 33% tidak. Untuk vaksin tiga dosis, kami melakukannya dengan cukup baik, dimana telah mencapai 91%. Tapi untuk ibu hamil baru 8%,” kata Hamid seperti dilansir Healthcare Asia.
Menurut Hamid, kurangnya skrining atau pengujian Hepatitis B di antara ibu hamil di Asia Pasifik, mempengaruhi target WHO untuk mencegah virus hepatitis.
Menurut jurnal AS peer-review, American Family Physician, skrining utama untuk mengetahui infeksi virus hepatitis B adalah tes serologis atau tes darah untuk HBsAg, yang dapat dilakukan pada kunjungan prenatal pertama.