China, Negara yang ‘tak Tergoyangkan’ itu Kini Kewalahan Hadapi Virus Corona
Jakarta (SI Online) – China akhirnya ‘tergoyangkan’ oleh virus corona. Negara itu mengaku kewalahan menghadapi wabah virus corona.
Padahal semua orang masih terngiang ucapan Presiden China Xi Jinping pada 1 Oktober 2019 lalu saat perayaan HUT ke-70 negara komunis tersebut. Saat itu Xi berdiri di mimbar Tiananmen, tempat pendiri Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat China pada 1 Oktober 1949 silam.
“Tidak ada kekuatan yang bia menggoyang dasar dari bangsa yang hebat ini,” ucap Presiden China 66 tahun itu dengan mengenakan “pakaian Mao”.
Nyatanya, hari ini, hanya kurang dari empat bulan usai Xi meluapkan kecongkakannya, China diserang virus corona.
Pemerintah komunis China mengaku kewalahan dan kesulitan menghadapi wabah virus corona setelah rumah sakit yang baru dibangun di pusat krisis mulai dipenuhi pasien. Sementara jumlah masker pengaman tidak memadai.
Kantor berita resmi Xinhua sepert dikutip Theguardian.com, Selasa (4/2/2020), melaporkan, Komite Tetap Politbiro China akhirnya menyerukan perbaikan pada kelemahan sistem manajemen darurat nasional yang terungkap dalam menanggapi penyebaran wabah berbahaya tersebut.
“Penting untuk memperkuat pengawasan pasar, melarang dengan tegas dan menindak keras pasar dan perdagangan satwa liar ilegal,” menurut pernyataan pemerintahan tertinggi China itu.
Pemerintah juga mengatakan “sangat” membutuhkan peralatan medis dan masker bedah, pakaian pelindung dan kacamata keselamatan saat berjuang untuk mengendalikan wabah tersebut.
Pihak berwenang di Provinsi Guangdong yang berpenduduk lebih dari 300 juta orang telah memerintahkan semua orang untuk mengenakan topeng di depan umum dalam upaya untuk mengendalikan virus.
Sayangnya, menurut jurubicara departemen industri Tian Yulong, pabrik-pabrik yang mampu memproduksi sekitar 20 juta topeng per hari hanya mampu melayani 60 persen-70 persen dari kapasitas. Tian menambahkan, pasokan menipis akibat libur produksi tahun baru Imlek.
Tian mengatakan pihak berwenang telah mengambil langkah-langkah untuk mendatangka masker dari Eropa, Jepang dan AS. Kementerian luar negeri juga mengakui negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Kazakhstan dan Hongaria telah menyumbangkan pasokan medis.
Bantuan Uni Eropa
Sebelumnya, Perdana Menteri Li Keqiang dilaporkan juga telah meminta bantuan penyediaan suplai medis kepada Uni Eropa untuk memerangi virus corona.
Kabar itu terjadi setelah Beijing mengumumkan korban meninggal sudah mencapai 304 orang dengan, hampir 14.500 lainnya terinfeksi.
Dalam keterangan yang dirilis pemerintah setempat, PM Li Keqiang disebut berbicara dengan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, melalui telepon.
Li dilaporkan mengharapkan bisa membeli alat-alat medis dari negara anggota Uni Eropa melalui “jalur komersial”, dilansir Daily Mail, Sabtu (1/2/2020).
“Dan kami ingin memperkuat informasi, kebijakan, dan pertukaran teknis maupun kerja sama dengan komunitas internasion, termasuk Uni Eropa,” papar Li.
red: farah abdillah/dbs