Cinta Menurut Al-Qur’an
Allah anugerahi manusia rasa cinta atau kasih sayang. Dengan rasa cinta itu, maka seorang ibu rela untuk hamil sembilan bulan. Dengan cinta, ayah membanting tulang kerja untuk keluarganya. Dengan cinta, seorang suami bekerjasama dengan istri membesarkan anaknya. Dengan cinta, seorang anak memelihara ikan dalam rumahnya.
Rasa cinta ada di dalam diri manusia. Cinta kepada orang tua, cinta kepada anak, cinta suami kepada istri atau sebaliknya istri kepada suami, cinta kepada binatang, cinta kepada lingkungan yang asri, cinta kepada keindahan, cinta kepada kebaikan dan seterusnya.
Tapi ada orang yang kehilangan rasa cinta. Yaitu ketika manusia menuruti nafsu atau mengikuti ajakan syetan/iblis. Mereka yang sedang mereguk minuman keras, maka hilang rasa cintanya kepada orang lain dan dirinya sendiri. Mereka yang sedang berjudi hilang rasa belas kasihnya kepada orang lain. Mereka yang sedang berzina, ‘hilang rasa cintanya’ kepada bayi yang mungkin akan lahir. Mereka yang sedang membunuh orang tidak bersalah, lenyap rasa cintanya kepada kehidupan dan seterusnya.
Pertanyaannya, siapa yang pertama harus dicintai? Tentu saja Allah Yang Maha Pencipta. Mengapa demikian? Karena Allah yang memberi manusia akal/hati, mata, telinga, hidung, mulut, tangan dan sebagainya. Bahkan Allah juga yang memberi alam atau bumi tempat hidup manusia. Sehingga manusia bisa bernafas, bertani, beternak, dan sebagainya. Coba renungkan, kita kadang diberi orang lain hanya sepotong kue, kita sangat berterima kasih. Apalagi ini Allah (Tuhan) beri sesuatu yang berharga. Maukah kita menjual mata atau mulut kita seharga 10 milyar? Tentu tidak mau (bagi orang normal).
Orang ateis adalah orang yang bodoh, meski dia profesor atau presiden. Ia hanya menuruti nafsunya. Ia lupa siapa yang mencipta akalnya. Akal yang hebat itu tentu bukan dia atau orang tuanya yang mencipta. Seorang ibu hanya sarana saja untuk melahirkannya. Sedangkan yang mencipta adalah Dzat Yang Maha Hebat yang manusia tidak bisa menginderanya di dunia ini. Mata manusia terbatas untuk melihat ‘cahaya Tuhan’ yang melebihi sinar matahari.
Maka ketika Nabi Musa ingin melihat Tuhan, ia pingsan dan gunung yang didekatnya hancur. Firman Allah SWT, ”Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” (al A’raf 143)
Nafsu sombong mengakibatkan orang kehilangan kepercayaan kepada Tuhan atau kecintaan kepadaNya. Al-Qur’an menyatakan, ”Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.” (al A’raf 146)
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (al Furqaan 43)
Maka bila kita amati kelakuan orang ateis kebanyakan sombong. Mereka mudah meremehkan orang lain dan dalam hidupnya tidak jelas yang dicari. Mereka hanya mengejar kejayaan dunia, kekuasaan, harta, seks dan seterusnya. Tidak percaya kepada akhirat, kehidupan setelah mati. Maka jangan heran dalam sejarah manusia, orang ateis membunuh ratusan juta orang.
Padahal akhirat jelas keberadaannya. Ketika orang Qurais bertanya kepada Rasulullah benarkah tulang belulang manusia itu akan dihidupkan setelah mati? Rasul menjawab yang akan menghidupkan adalah yang pertama kali menciptakanmu. Makjleb, orang itu terdiam. Al-Qur’an mengisahkan,”Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (Yaasiin 78-79)
Dalam Al-Qur’an, cinta kepada Allah adalah cinta yang tertinggi. Kecintaan kepada Allah (dan RasulNya) ini menimbulkan keindahan dalam hati. Al-Qur’an menyatakan, ”Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (al Hujuraat 7)
Al-Qur’an mengisahkan tentang pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim. Ibrahim as menyangka bahwa bintang, bulan atau matahari sebagai Tuhan, ternyata tidak. Akhirnya Al-Qur’an berkata, ”Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (musyrikin).” Kaum Musyrik adalah kaum yang menganggap semua agama sama benarnya. Sedangkan Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa hanya Islam yang benar.