Cinta Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menegaskan bahwa orang-orang mukmin sangat dahsyat cintanya kepada Allah. “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).” (al Baqarah 165)
Setelah cinta kepada Allah, seorang mukmin mesti cinta kepada Rasul-RasulNya. Dari Adam as sampai Nabi Muhammad saw. Maka dalam Al-Qur’an –beda dengan Bibel- para Nabi atau Rasul semua mulia. Dalam Bibel, Nabi Daud digambarkan buruk, diantaranya dikatakan Daud pernah berzina dengan Batsyeba.
Al-Qur’an menyatakan, “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”, (Ali Iman 31)
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.” (Ali Imran 132)
“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.” (An Nisa’ 80)
Taat atau cinta kepada Allah dan RasulNya akan melahirkan kebahagiaan yang sejati. Bahagia di atas bahagia.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang membekas. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.” (Al Ahzab 70-71)
Al-Qur’an juga menyebut adanya kecintaan manusia kepada wanita, perhiasan, kendaraan dan lain-lain. Kecintaan terhadap perhiasan dunia harus di bawah kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Bila tidak, manusia bisa ‘sengsara dunia akhirat’.
”Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran 14-15).
Al-Qur’an juga mengingatkan agar manusia lebih cinta akhirat daripada dunia. Dunia ini fana, dan manusia kini melewatinya kebanyakan kurang dari 100 tahun. Allah SWT menyatakan, “Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (an Nahl 106-107)
Bagaimana dengan cinta para remaja, laki-laki dan perempuan? Memang Allah karuniai rasa cinta dalam dada. Tetapi hati-hati. Cinta akan berubah menjadi nafsu bila rasa cinta itu dituruti dengan perbuatan-perbuatan yang mendekati zina (masuknya alat kelamin pria ke wanita). Maka Al-Qur’an melarang perbuatan yang mendekati zina, seperti berduaan laki perempuan di tempat yang sepi (bioskop), bergandengan tangan dan lain-lain.
Dan bila para remaja sudah terperangkap dalam zina, maka mereka akan terperosok lebih jauh. Misalnya pembunuhan janin bayi, akhlak yang hilang, tumbuhnya egoisme dan seterusnya. Yang menarik ayat tentang larangan mendekati zina (al Isra’ 32) diapit oleh larangan ‘pembunuhan tanpa haq’. Renungkan ayat berikut,