Cinta Menurut Al-Qur’an
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (al Israa’ 31-33)
Cinta yang sejati laki-laki dan perempuan, adalah setelah menikah. Sebelum menikah antara cinta dan nafsu bercampur. Perasaan cinta para remaja bisa mengakibatkan stress, egoisme dan lain-lain. Bila mereka bertemu antara pecinta dan yang dicintai mereka senang. Kalau berpisah mereka resah. Begitulah rasa cinta/nafsu kalau dituruti. Perasaan menjadi naik turun.
Kalau memang ada cinta keduanya, dan mereka telah mempunyai ‘bekal menikah’ (ilmu dan umur), maka orang tua sebaiknya menikahkan keduanya. Maka untuk menghindari tumbuhnya cinta/nafsu itu para remaja mesti didorong untuk melakukan hal-hal positif yang menyibukkan mereka. Belajar, bela diri, pramuka dan lain-lain.
Gaya hidup kaum Muslim beda dengan kaum Barat. Barat mengagung-agungkan cinta atau seks dalam kehidupan mereka. Maka jangan heran di sana, perempuan umur 13-15 tahun, banyak tidak perawan. Karena mereka menganggap bahwa rasa cinta kepada pasangan harus dipuaskan dengan maksimal, yaitu dengan seks bebas. Bagi Barat, zina tidaklah haram. Mereka menganggap zina adalah ‘hubungan biologis semata’. Dan inilah salah satu tragedi kehidupan di Barat, yaitu hilangnya kesucian dalam kehidupan mereka.
Walhasil, banyak laki-laki gagal menikah dengan gadis yang dicintainya. Dan mereka kemudian menikah dengan gadis yang tidak dikenalnya. Tetapi karena keduanya menikah dengan berpedoman pada Al-Qur’an (dan Hadits), maka pernikahan itu menjadi langgeng, hingga mereka memiliki anak cucu.
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Wallaahu aliimun hakim.
Nuim Hidayat, Penulis Buku Agar Umat Islam Meraih Kemuliaan.