Cinta yang Hakiki
Bicara tentang cinta tak pernah bosan rasanya. Dari bocah ingusan sampe nenek lincah juga suka segala sesuatu bertema cinta. Buku, film dan berbagai media lainnya tak terhitung jumlahnya yang mengisahkan cinta. Mulai dari cinta nestapa, cinta Segitiga, cinta monyet, cinta palsu, sampai cinta mati. Segala love love melulu.
Kalau ada cinta pasti ada benci. Segala sesuatu pasti ada lawannya, cinta-benci, pendek-tinggi, dekat-jauh, pria-wanita. Benci, cinta, suka, tidak suka, itu melibatkan hati atau perasaan. Nah seperti yang kita ketahui, hati manusia sering goyah, sering labil mah kata anak muda zaman now. Kadang cinta, kadang benci, keseringan galau. Jadi segala sesuatu yang melibatkan perasaan memang sangat susah untuk dikendalikan atau di kontrol gitu lho.
Ada suami istri yang bercerai karena tidak cinta lagi. Awalnya cinta mati, menggebu dan menggelora kemudian memutuskan untuk menikah. Ketika di tengah jalan sudah berkurang gelora asmaranya dikarenakan sesuatu dan lain hal akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Enggak itu aja, ada sahabat yang tadinya akrab, saking akrabnya sampe sering tukeran sikat gigi, eh gak deng, jorok amat yah. Mereka Kemudian jadi musuh bebuyutan hanya karena mobile legend, misalnya…hahaha… Orang tua dan anak juga ada yang bisa saling mengabaikan, karena mungkin si anak lupa kalau dia dulu dicebokin ama emaknya. Udah sukses doi malu ngakuin emaknya itu sebagai ibu kandungnya, macam malin kundang itu lho.
Lalu bagaimana Islam memandang jalinan cinta kasih ini? Tentunya, cinta yang pertama harus kita tujukan kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Karena tak ada cinta dan kasih sayang melebihi kasih sayang Allah kepada umatnya. Maka dari itu wajiblah kita mencintai Allah. Cara kita mencintai Allah yakni dengan mentaati segala perinyah-Nya dan Menjauhi larangan-Nya. Al-Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya dan ridha kepada segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.”
Cinta kepada Allah diwujudkan dalam bentuk iman dan takwa. Jika kita mencintai Allah maka kita akan merasakan manisnya iman, tidak akan merasa berat untuk menjalankan semua perintah-Nya dan tidak pula merasa berat menjauhi larangan-Nya. Seperti yang disampaikan dari Annas ra., sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari yang lainnya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke neraka.” (HR.Bukhari)
Kenapa harus cinta kepada Allah dan Rasul-Nya terlebih dulu sebelum kita mencinta manusia, yang notabene adalah makhluk ciptaan Allah? Karena, jika kita mencinta seseorang tersebab karena Allah, kita akan senantiasa mengasihinya dengan cara yang baik, menjaganya agar tidak terjerumus kepada maksiat, agar kelak nantinya dikumpulkan di surga bersama orang-orang yang kita cintai.
Jika kita mencintai anak kita karena Allah, pastilah kita akan mendidiknya dengan penuh cinta dan kesabaran, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Akan kita didik sebaik-baiknya agar bisa menjadi anak yang saleh dan salihah agar berjalan lurus mengikuti syariat. Jika kita mencinta pasangan juga tersebab karena Allah, maka kita akan saling menjaga, saling bergandengan tangan dan bahu-membahu untuk beribadah kepada Allah. Semua ini adalah bentuk cinta yang akan menghantarkan kita kepada kehidupan yang abadi di surga kelak.
Semua ini bisa teraplikasi dalam hubungan apapun, antar teman, antar tetangga, cinta pemimpin kepada rakyatnya juga haruslah didasari cinta kepada Allah juga Rasul-Nya karena hal tersebut akan menjadikannya pemimpin yang adil dan amanah. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan menjadi orang-orang yang akan diberi naungan oleh Allah pada saat kita dibangkitkan di padang mahsyar. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kelak di hari kiamat Allah akan berfirman, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam naungan-Ku disaat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku’.” (HR. Muslim)
Demikianlah Islam memandang cinta, karena Cinta adalah hak bagi setiap insan, tapi mencinta yang didasarkan hanya pada insan tersebut, tidak akan membawa kita melangkah pada kebahagian yang hakiki, karena hati ini rapuh dan lemah, maka apalagi yang menguatkan kalau bukan karena cinta yang hakiki yakni kecintaan kita kepada Allah.[]
Dian Salindri
Tim Komunitas Muslimah Menulis