OASE

Ciri-Ciri Orang yang Dirindukan Surga

Setiap Muslim pasti mengharapkan, bercita-cita agar bisa masuk surga, karena itu merupakan impiannya. Surga adalah tempat seseorang bisa mendapatkan apa pun yang diharapkan, jika sudah di dalamnya bisa bahagia abadi selamanya. Sebagai seorang Muslim kita tentu harus yakin, surga itu balasan bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun, jika seorang Muslim ingin dirindukan surga, maka haruslah ada amalan perbuatan yang khas atau melebihi dari sebatas taat saja.

Menurut ulama asal Bojonegoro, Jawa Timur, pengasuh Pondok Pesantren Khosyatul Abror yaitu KH Toha Abrori, dalam channel Youtube Santri Senior, (24/10/2024), mengatakan ada tiga ciri-ciri orang yang dirindukan surga. Pertama, orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain yang sudah menyakiti hati kita. Memaafkan bukanlah perkara mudah untuk bisa dilakukan, selain menyakitkan jika sudah hati yang terluka, juga membuat pikiran dan perasaan akan mempengaruhi tindakan dan perilaku kita dalam menghadapi masalah.

Hanya orang-orang yang sadar, semua yang terjadi itu ketetapan Allah SWT sehingga bisa ikhlas dan ridha dengan semua rasa sakit hati yang diterima. Tidak gampang untuk bisa mengendalikan diri saat merasa terzalimi, di situlah kuatnya keimanan diuji. Tentu saja setan tidak akan membiarkan seorang Muslim melewatinya dengan mudah dalam urusan hati.

Setan akan dengan terus menerus membisikan ke dalam hati setiap orang yang tersakiti untuk bisa membalas apa yang mereka terima dan membuat seseorang menjadi tidak ridha pada ketetapan yang sudah Allah berikan. Untuk itu, kita harus senantiasa selalu mendekatkan diri dan memohon pertolongan kepada Allah SWT agar bisa menjadi seorang hamba yang bisa memaafkan dengan hati yang lapang dan tulus semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT.

Kedua, bisa menjalankan amanah ketika berutang yang tidak ada saksi di antaranya dan tidak ada perjanjian namun mau untuk mengenbalikan utang dengan baik. Sudah bisa dipastikan jika bukan seorang hamba yang taat maka tidaklah mudah untuk bisa melakukan amanah mengenai utang piutang.

Utang adalah salah satu alat pemecah silaturahmi yang sangat tajam. Banyak orang yang putus silaturahmi antara saudara, teman, atau pun rekan bisnis karena utang piutang. Bisa membayar utang dengan baik memiliki nilai secara kemanusiaan dan nilai akhlakiah yang didalamnya ada saling keterikatan. Jikalah bukan seorang Muslim maka seseorang yang dengan baik menjaga amanahnya maka dia hanya akan mendapatkan nilai kemanusiaan yakni hanya mendapat nilai kebaikan secara manusiawi karena bisa terlihat baik di mata orang lain.

Berbeda dengan seorang Muslim, jika bisa menjalankan amanah menbayar utang dengan baik walaupun tidak ada saksi maka akan mendapatkan nilai kebaikan sekaligus yaitu nilai kemanusiaan, akhlakiah, materi dan nilai ibadah. Nilai kemanusiaan itu sendiri karena menjaga silaturahmi antara sesama manusia, dan nilai akhlakiah karena adanya kejujuran dan amanah yang dilakukannya.

Adapun nilai ibadah, bukan hanya menjaga kabaikan antar manusia namun ada jujur dan Amanah, tapi mau bertanggung jawab membayar utang walaupun tanpa ada saksi dan bukti. Itu semua hanya bisa dilakukan oleh orang yang beriman yang selalu menjaga hubungan dengan Allah sehingga akan mendapatkan tiga nilai kebaikan tersebut.

Ketiga, selalu berzikir mengingat Allah SWT dalam keadaan apa pun, terutama membaca surah al-Ikhlas dengan terus diulang-ulang sehingga menjadi amalan zikir, fadilah. Membaca surah al-Ikhlas sendiri bisa mendapatkan pahala setara membaca sepertiga Al-Qur’an, diampuni dosanya, serta mendapatkan perlindungan dari siksa kubur dan kesulitan akhirat.

Surah al-Ikhlas sendiri adalah surah yang dalam setiap ayatnya tidak ada satu pun yang ada kata Ikhlas, di dalamnya hanya semata-mata mengingat Allah SWT adalah zikir terbaik serta tidak lupa untuk bisa mensyiarkan ketauhidan kita sebagai umat Muslim untuk menjaga dan mendahwahkan apa yang Allah perintahkan dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan.

Dari ketiga ciri-ciri tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam setiap tindakan dan perilaku kita haruslah seimbang antara niat, tujuan dan realisasi.

Adapun nilai perbuatan yang bisa kita raih untuk memperoleh tujuan bukanlah semata-mata untuk mendapat pujian ataupun sanjungan dari manusia karena terlihat sebagai orang yang baik, namun yang lebih penting adalah jika bisa terlihat baik di mata Allah SWT.

Ini adalah puncak tertinggi tujuan kita sebagai seorang Muslim bisa mencapai ketakwaan yang sesungguhnya sehingga bisa dengan mudah mendapatkan tujuan yang diinginkan yaitu dirindukan surga.[]

Cutiyanti, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button