Dai Multitalenta Itu Kembali kepada Rabbnya
Namanya Ustadz Ali Imron. Ia berumur 49 tahun. Ia lahir di Lamongan dan kini tinggal di Depok. Tepat sebelum adzan Ashar Jumat tadi ia meninggal dunia. Ia meninggalkan satu istri dan satu anak.
Ustadz Ali, saya mengenalnya sekitar dua tahun lalu. Meski baru mengenal, saya cukup akrab dengannya. Kita sering telepon atau berkomunikasi lewat WA.
Ia seorang guru yang serba bisa. Bahasa Inggris dan Arabnya bagus. Begitu juga pemahaman Islamnya. Selain itu ia mempunyai keahlian tukang kayu. Di samping juga cakap bercocok tanam.
Ia seorang dai yang aktif. Kegiatannya diisi dengan mengajar atau menukang. Sebelum wafat, ia sempat bercocok tanam berbagai tanaman di rumahnya Nambo, Bogor.
Keaktifannya luar biasa. Di Dewan Dakwah Depok ia sering menjabat sebagai ketua panitia. Ia orang yang selalu optimis. Terakhir ia menjabat sebagai Direktur Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Kota Depok menggantikan saya.
Bila ada permintaan bantuan sesuatu ia sering yang selalu pertama yang siap sedia. Mengantar makanan untuk mahasiswa ADI, memperbaiki kelas ADI, melengkapi bacaan mahasiswa dan lain-lain.
Sebelum aktif dalam dunia dakwah, ia pernah mengajar di sebuah kampus swasta cukup terkenal. Ia mengajar bahasa Inggris di sana. Tapi ia tidak betah, karena lingkungan pergaulan mahasiswa yang tidak Islami dan kurikulumnya yang tidak mendidik mereka berakhlak baik.
Akhirnya ia terjun penuh ke dunia dakwah. Ia mengajar bahasa Arab di beberapa masjid atau sekolah, mengisi pengajian, khutbah dan menukang. Membuat meja, kursi dan lain lain.
Karena keahliannya sebagai tukang kayu, rumah saya pernah ia perbaiki. Sekitar dua hari ia memperbaiki pintu dan kayu yang menyangganya.
Geraknya yang aktif itu membuatnya kadang lupa memperhatikan makanannya. Ia memang pernah kena maag akut. Bulan Ramadhan kemarin ia kembali terserang lambungnya. Dokter di rumah sakit Fatmawati menyatakan bahwa ia kena kanker hati hingga membuatnya wafat siang tadi.
Banyak orang alim atau pintar yang wafat muda. Ustadz Ali salah satunya. Tapi meski telah meninggal dunia, sekelompok jamaah masjid di Depok tidak akan pernah melupakannya. Sang ustadz telah mengajar mereka rutin bagaimana belajar bahasa Arab lewat Al-Qur’an. Ustadz Ali bertahun tahun mengajar mereka agar bisa memahami Al-Qur’an dengan bahasa Arab yang baik.
Di samping di masjid masjid, Ustadz Ali juga mengajar bahasa Arab untuk para mahasiswa ADI. Bahkan ia kadang mengoreksi pengajar bahasa Arab lain yang menurutnya kadang keliru dalam mengajar.