Dakwah Bisa Gagal, Bukan karena Isi tapi Diksi

Ayat ini adalah fondasi retorika Islami: hikmah, nasihat yang indah, dan dialog yang santun. Rasulullah ﷺ adalah teladan dalam hal ini. Beliau menegur sahabat dengan kelembutan, bukan caci maki. Bahkan saat ada seorang Arab Badui buang air kecil di masjid, beliau tidak menghardik, melainkan menunggu selesai lalu menasihati dengan hikmah. Inilah kekuatan retorika: merangkul hati, bukan melukai.
Menjaga Lisan, Menjaga Marwah
Pepatah Arab menyebutkan:
زلة اللسان أشد من زلة القدم
“Tergelincirnya lidah lebih berbahaya daripada tergelincirnya kaki.”
Kaki yang salah langkah hanya membuat kita jatuh, tetapi lidah yang salah ucap dapat menjatuhkan martabat, meretakkan ukhuwah, bahkan melemahkan dakwah.
Maka, belajar retorika bukanlah pelajaran usang, melainkan kebutuhan nyata. Ia adalah pagar agar lisan tidak menjadi bumerang, sekaligus sayap agar pesan kebenaran dapat terbang jauh, menembus hati umat. Wallahu musta’an.
Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr, Lc, M.A, M.Pd. C.ISP, C.LQ., Pendidik di SMAIT Ar Rahman Banjarbaru.