Dari Gaza Lahirlah Bumi Cinta
Nabi Ibrahim dibakar, Allah turunkan pertolongannya
Nabi Musa dikejar Firaun kepepet laut, Allah perintahkan Musa pukulkan tongkatnya
Nabi Muhammad akan dibunuh, Allah perintahkan hijrah dan terbentuklah Madinah bercahaya
Dalam puncak kesulitan, Allah selalu menolong hambaNya
Kota Gaza hancur. Rumah sakit, masjid dam gedung-gedung lain. Ribuan orang syahid. Ribuan orang kembali kepada Rabbnya.
Israel kesetanan. Serangan Hamas ke kotanya membuat Netanyahu murka. Mereka benar-benar ingin menghancurkan Hamas dan Gaza. Tidak peduli penduduk sipil, bayi atau dewasa, semua dihancurkannya. Tidak peduli, masjid atau rumah sakit, semua dibomnya.
Israel lupa. Merekalah yang memulai neraka ini. Tahun 1949 mereka mendirikan negara dengan membunuh ribuan kaum Muslim dan mengusir berjuta-juta orang dari Palestina. Amerika dan Inggris menjadi sponsor utama. Maka ketika negara-negara Arab melawan, Israel bukannya kalah malah makin luas wilayahnya.
Semua kekuatan militer sudah diperhitungkan di atas kertas oleh zionis Yahudi, Amerika dan Inggris. Melawan Israel seperti melawan Amerika sang adidaya militer dunia. Amerika trauma dengan persatuan negara-negara Arab di bawah khilafah Turki Utsmani. Mereka tidak mau ada negara Arab atau negara Islam yang kekuatannya menandingi mereka. Dengan mendirikan negara Israel di dunia Arab, maka dipastikan negara-negara Arab tidak ada kekuatannya yang menandingi Israel.
Maka jangan heran kemudian negara-negara Arab takluk satu persatu dengan negara Israel. Mereka merasa tidak mungkin melawan Israel yang dibackup Amerika. Maka Mesir, Uni Emirat Arab dll mulai menjalin hubungan akrab dengan Israel. Indonesia, negeri Islam yang dalam konstitusinya tegas menyatakan anti penjajahan pun ternyata diam-diam menjalin hubungan dagang dengan Israel. Indonesia memang tidak menjalin hubungan diplomatik dengan negara zionis itu.
Aksi biadab Israel ke Gaza itu mendapat kecaman dari berbagai negara di dunia. Di Amerika, ‘ribuan orang’ mengecam ulah zionis itu. Di Eropa, Asia termasuk Indonesia, demo terus berlangsung hingga kini.
Mengapa rakyat di berbagai negara itu mengecam Israel bukan Hamas? Ya mereka bukan orang bodoh, seperti jurubicara Israel di berbagai media. Mereka tahu kekerasan yang terjadi di Palestina dan Israel itu penyebab utamanya adalah Israel. Israel lah penjajah Palestina. Israel lah yang membunuh dan merampok tanah Palestina. Merampok dengan senjata militer yang mematikan dan tidak peduli dengan ribuan orang yang terbunuh dan jutaan yang terusir. Penduduk Israel makin hari makin bertambah, sedangkan Palestina makin mengecil. Begitu juga tanah yang dimiliki Israel terus bertambah, dengan merampok paksa penduduk Palestina.
Wilayah Palestina yang pada tahun 1948 masih ‘mayoritas’, kini tinggal Gaza dan Tepi Barat. Gaza seperti akuarium yang bisa diteropong Israel dengan ‘mata telanjang’. Gaza dibatasi tembok yang tinggi dengan wilayah Israel. Maka jangan heran Israel terkejut bukan kepalang ketika Hamas bisa menyerang kotanya.
Salahkah Hamas menyerang Israel? Tentu tidak. Hanya antek Israel yang menyatakan Hamas salah. Pihak terjajah, pihak yang dirampok, pihak yang dizalimi boleh melakukan apapun, sebisa mereka, melawan penjajah. Selama Israel menguasai Palestina dan tidak memberikan kemerdekaan kepada Palestina, maka aksi-aksi perlawanan terhadap Israel akan selalu muncul. Maka jangan heran, tidak ada aksi rakyat yang besar di negara dunia ini yang mendukung Israel, semua mendukung Gaza.
Perang atau Damai?
Perdamaian adalah fitrah bagi manusia. Semua manusia mennginginkannya. Keadilan juga fitrah bagi manusia. Semua manusia menginginkannya. Sebaliknya, kezaliman adalah musuh manusia, semua manusia (yang berakal sehat) memusuhinya.
PBB sebagai organsisasi dunia, seharusnya tidak diam melihat perang di Palestina ini. Seharusnya PBB memihak Palestina, negara yang terjajah. Tapi karena PBB ‘dikendalikan’ Amerika, maka PBB sikapnya ambigu. Mengeluarkan banyak resolusi mengecam Israel, tapi tidak ada satu aksipun yang dilakukan untuk menindak Israel. PBB bagaikan macan ompong.