SUARA PEMBACA

Darurat Perundungan, Potret Buram Pendidikan Sekuler

Negara yang semestinya berperan sebagai penjaga bagi generasi bangsa, faktanya mandul menjalankan perannya. Sebab, dalam paradigma sekularisme peran negara hanyalah sebagai regulator semata. Alhasil, kebijakan yang ada pun kerap berbenturan dengan kebijakan yang lain yang justru membuka pintu bagi liberalisasi pendidikan.

Inilah potret buram pendidikan dalam bingkai sekularisme. Alih-alih menuntaskan seabrek persoalan generasi, justru menjadi biang kerok bagi kerusakan generasi hari ini. Bukti, bahwa sistem yang lahir dari akal manusia yang lemah dan terbatas mustahil melahirkan generasi terbaik yang menjadi ujung tombak peradaban manusia. Alhasil, bagaimana mungkin kita mempertahankan sistem yang jelas rusak dan merusak ini?

Generasi terbaik, generasi yang mampu menjadi problem solver bagi persoalan umat, niscaya akan lahir dari sistem sahih bernama Islam. Islam sebagai akidah yang memancarkan seperangkat aturan paripurna dan sesuai fitrah manusia niscaya akan mendatangkan maslahat bagi seluruh manusia jika aturannya diterapkan secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam rangka menjaga generasi.

Dalam upaya menjaga generasi umat manusia, Islam jelas memiliki mekanisme sahih baik preventif maupun kuratif. Dalam aspek kuratif, sebagai aspek vital, menjadi kewajiban negara menyelenggarakan sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Tujuan pendidikan diarahkan untuk mencetak generasi yang berkepribadian islami, yakni pribadi yang beriman dan bertakwa yang menjadikan aturan Islam sebagai tolok ukur dalam setiap perbuatannya.

Generasi yang lahir dalam naungan sistem pendidikan Islam adalah generasi yang paham benar hakikat penciptaannya, yakni bahwa dirinya diciptakan semata-mata untuk beribadah dan tunduk patuh pada aturan-Nya, serta memahami bahwa kebahagiaan tertinggi adalah meraih rida Allah SWT. Alhasil, lahir generasi terbaik yang tidak hanya fakih terhadap agama, tetapi juga berintelektual dan siap memimpin masa depan.

Menjaga generasi juga membutuhkan peran sinergis dari keluarga, masyarakat, dan negara. Sebab, tugas menjaga generasi bukanlah hanya menjadi tugas orang tua/keluarga saja, melainkan juga menjadi tugas masyarakat dan negara. Dalam ranah keluarga, fungsi keluarga adalah melahirkan dan menyiapkan generasi terbaiknya. Keluarga yang menjalankan fungsinya niscaya tidak hanya melahirkan generasi mujtahid, tetapi juga mencetak generasi mujahid. Sebab, keluarga sukses menjadi masjid, madrasah, rumah sakit, dan kawah candradimuka bagi anak-anaknya.

Di ranah sosial, masyarakat menjadi benteng kedua dalam menjaga generasi, yakni dengan menghidupkan perilaku amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Perilaku ini merupakan wujud kepedulian terhadap persoalan generasi dan upaya mencegah tindakan yang mengarah pada kerusakan tatanan sosial masyarakat. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali Imran [3]: 104).

Dalam aspek kuratif, negara sebagai benteng utama generasi, wajib memberlakukan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan bagi setiap pelaku kejahatan, termasuk bagi pelaku kekerasan dan perundungan, apalagi yang sampai menghilangkan nyawa. Sanksi dalam Islam ini juga berfungsi sebagai pencegah (zawajir) dan penebus (jawabir), yakni ketika sanksi tersebut diterapkan maka para pelaku akan merasa jera dan tidak berani mengulanginya lagi. Sanksi tersebut juga menjadi tebusan di dunia sehingga terhindar dari pedihnya siksaan Allah SWT di akhirat kelak.

Inilah mekanisme Islam dalam menjaga generasi umat manusia. Mekanisme ini niscaya akan berjalan sukses jika dibarengi dengan penerapan sistem Islam secara komprehensif dalam seluruh aspek kehidupan tidak hanya dalam sistem pendidikan saja, tetapi juga dalam aspek ekonomi, politik, kesehatan, dan sebagainya. Dari sistem sahih nan paripurna inilah niscaya lahir generasi terbaik dambaan umat, calon-calon pemimpin peradaban Islam yang gemilang. Wallahu’alam bishshawwab.[]

Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Remaja

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button